Rabu, 04 November 2015

Wawancara dengan M. Natsir

Learning history for all people

Lantas kenapa sampai begitu ? ya begitulah saya pingin kesini untuk cari penyelesaian, tapi ndak berhasil.  Kalau seorang Perdana Mentri atau seorang Mentri ternyata tidak mampu  untuk selesaikan. Begitu cara – cara main, the rule of gamenya begitu. Ndak kita minta Pak Natsir jangan pulang, untuk apa ? lantar mereka berkompromi, kita nanti, kita  sudah sepakat semuanya, seluruh Aceh sudah sepakat, Aceh Negara bagian atau keluar.  Itu sudah jadi pembicaraan dan faham dari semua orang didaerah Aceh.  Untuk mencabut kami gak kuat.  Tapi kalau Perdana Mentri sendiri yang bicara di Radio nanti malam.  Mungkin itu bisa  dapat pengertian.  Jadi dia gak kuat untuk menarik sendiri.  Jadi saya diminta untuk memberi keterangan, apa, kenapa, counter proposal.  Itu saya ajukan didalam suatu pidato radio di Aceh. O jadi jangan nanti sore akan pulang.  Seolah sesudah itu, tapi kalau bisa, paling cepat besoklah.  Malam ini disediakan waktu untuk mengadakan keterangan dari Perdana Mentri Sendiri.  Nah saya lakukan itu, saya berikan suatu pidato.  Saya namakan tugas Aceh.  Usman Raliby, barangkali saudara minta ke Usman Raliby. Ada itu pidato.  Dimana saya terangkan duduk perkara yang sebenarnya.  Itu suapaya diterima orang Aceh. (untuk biografi M. Nasir, silahkan masuk ke ) : <a href=http://www.Myhistoryofleadership.blogspot.com>pindah</a>.

Selasa, 03 November 2015

Poenale Sanctie di Tanah Perkebunan Sumatera Timur

Learning history for all people
POENALE SANCTIE DI TANAH PERKEBUNAN SUMATERA TIMUR
Para pengusaha perkebunan Belanda di Sumatera telah merasakan keuntungan luar biasa dan pesatnya bisnis perkebunan mereka.  Karena itu, watak kapitalis kolonialis ini ingin meningkatkan laba perkebunan lebih  besar lagi, untuk melunasi hutang bank atau membayar deviden saham para investor mereka, termasuk untuk meningkatkan kemakmuran mereka sendiri.
Konsesi lahan yang sangat luas tentu membutuhkan buruk yang banyak dan kerja keras yang luar biasa.  Namun, yang bekerja keras bukan para Tuan Perkebunan, tetapi, para tenaga kerja dari China, India dan Jawa.  Tenaga mereka diperas habis, sementara gaji mereka sangat kecil.  Malas mendapat tendangan dan pukulan setelah itu harus bekerja lebih keras lagi. Hak kemerdekaan mereka dirampas. Akibatnya timbul pemberontakan di Sunggal.
Namun, kemenangan pasukan Belanda, makin membuat para Tuan Tanah Perkebunan menjadi makin berkuasa, mereka makin ganas.  Bila sebelumnya masalah tenaga kerja diadili dipengadilan Sultan, setelah menang perang, mereka mengadili sendiri para kuli yang malas, melarikan diri atau melawan perintah.
Disisi lain, konflik para kuli dengan para tuan tanah perkebunan ini dijadikan alasan oleh pemerintah Kolonial Belanda unuk mengambil alih bukan saja system hokum dan pengadilan Sultan Deli ke Pengadilan Belanda, tetapi, pemerintah colonial Belanda memaksa para kuli perkebunan dan rakyat sumatera sebagai rakyat dari Pemerintah Kolonial Belanda dan harus diadili oleh Pengadilan Belanda.

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock, tonton sebab , petisi ini berisi keinginan bangsa Indonesia untuk memiliki parlemen pemerintaha...