Learning history for all people
Lantas kenapa sampai begitu ? ya begitulah
saya pingin kesini untuk cari penyelesaian, tapi ndak berhasil. Kalau seorang Perdana Mentri atau seorang
Mentri ternyata tidak mampu untuk selesaikan.
Begitu cara – cara main, the rule of gamenya begitu. Ndak kita minta Pak Natsir
jangan pulang, untuk apa ? lantar mereka berkompromi, kita nanti, kita sudah sepakat semuanya, seluruh Aceh sudah
sepakat, Aceh Negara bagian atau keluar.
Itu sudah jadi pembicaraan dan faham dari semua orang didaerah
Aceh. Untuk mencabut kami gak kuat. Tapi kalau Perdana Mentri sendiri yang bicara
di Radio nanti malam. Mungkin itu
bisa dapat pengertian. Jadi dia gak kuat untuk menarik sendiri. Jadi saya diminta untuk memberi keterangan,
apa, kenapa, counter proposal. Itu saya
ajukan didalam suatu pidato radio di Aceh. O jadi jangan nanti sore akan
pulang. Seolah sesudah itu, tapi kalau
bisa, paling cepat besoklah. Malam ini
disediakan waktu untuk mengadakan keterangan dari Perdana Mentri Sendiri. Nah saya lakukan itu, saya berikan suatu
pidato. Saya namakan tugas Aceh. Usman Raliby, barangkali saudara minta ke
Usman Raliby. Ada itu pidato. Dimana
saya terangkan duduk perkara yang sebenarnya.
Itu suapaya diterima orang Aceh. (untuk biografi M. Nasir, silahkan
masuk ke ) : <a href=http://www.Myhistoryofleadership.blogspot.com>pindah</a>.
Sesudah mendengar saya
punya keterangan, kalau tidak menolak, kita mencari prosedur. Jadi mereka itu menerima itu, semua dan aman,
tidak ada apa-apa. Saya pulang, tetapi
saya berjanji ketika itu. Dalam bulan
Mei nanti, Insya Allah, kami selesai
dengan Undang-undangnya, waktu itu bulan Janurai. Jadi dua tiga bulan waktu itu. Itu saya janjikan.
Mereka terima. Lantas
sesudah itu, oleh karena saya, Kabinet Saya bubar. Tak bisa apa lagi. Anu ini,
politik terhadap Aceh ini ndak diteruskan oleh cabinet yang
Sukiman. Tak ada yang meneruskan. Dianggap itu persoalan antara Natsir dengan
Aceh saja ( tersenyum ). Jadi ndak
diambil ambil sebagai program. Jadi
ketinggalan. Nah sesudah itu rakyat Aceh
jauh kembali. Walaupun tak perang. Tetapi mereka itu sudah mencari hubungan
dengan luar negeri, dengan Turki dan segala macam begitu. Padahal hubungan itu tidak kongkret, tetapi
ia sudah punya hubungan-hubungan, Aceh itu begitu, selama dia percaya pada
kita, itu korban apa saja bisa
diberikan. Saya umpamakan, waktu itu, dulu kita tak mempunyai uang untuk beli
pesawat untuk hubungan antara pemerintahan darurat kita. Saf dengan Deli, o, dengan luar negeri itu
Aceh kumpul-kumpul untuk membeli pesawat terbang. Walaupun yang biasa saja.. Jadi kalau mereka itu pandai kita membawa
dengan ikhlas ndak minta beban, ndak
meminta, tapi kalau hatinya sudah kena, ndak
baik itu, ndak mungkin orang Aceh, ya
begitu sebenarnya soal Aceh itu.
Bersambung …………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar