Selasa, 06 Februari 2018

Penyebaran Islam di Karawang

Learning Indonesian history for all people
Kegiatan penyebaran Agama Islam di Karawang dilakukan oleh Syekh Hasanuddin  .  Ia berasal dari Kerajaan Campa.  Namun, ia menghadapi penentangan dari  Raja Pajajaran yang beragama Hindu. yaitu Prabu Wastu Kencana atau Prabu Angga Larang . Sehingga Syech Hasanudin  diminta agar tak melakukan penyebaran agama  Islam di wilayah Karawang .
Oleh Syekh Hasanuddin perintah itu dipatuhi. Kepada utusan yang datang kepadanya ia mengingatkan, bahwa meskipun dakwah itu dilarang, namun kelak dari keturunan Prabu Angga Larang akan ada yang menjadi seorang Waliyullah.  Syekh Hasanuddininggalkan Karawang dan pergi ke Cirebon. Ia mohon diri kepada Ki Gedeng Tapa penguasa Cirebon yang juga membawahi wilayah Karawang.
Syekh Hasanuddin dan pengikutnya kembali ke Malaka, Ki Gedeng Tapa  menitipkan putrinya yang bernama Nyai Subang Karancang atau Nyai Subang Larang untuk ikut bersama ulama besar ini untuk belajar Agama Islam di Malaka.
Tak lama berada di Malaka, Syekh Hasanuddin  kembali ke wilayah Kerajaan Hindu Pajajaran. Dan untuk keperluan tersebut, maka  disiapkan 2 perahu dagang yang memuat rombongan para santrinya termasuk Nyai Subang Larang.
Sekitar tahun 1418 Masehi, setelah rombongan ini memasuki Laut Jawa, kemudian memasuki Muara Kali Citarum yang pada waktu itu ramai dilayari oleh perahu para pedagang yang memasuki wilayah Pajajaran. Selesai menyusuri Kali Citarum ini akhirnya rombongan perahu singgah di Pura Dalam atau Pelabuhan Karawang ( sekarang Alun - Alun Karawang ). Kedatangan rombongan ulama besar ini disambut baik oleh petugas Pelabuhan Karawang dan diizinkan untuk mendirikan musholla yang digunakan juga untuk belajar mengaji dan tempat tinggal.
Setelah beberapa waktu berada di pelabuhan Karawang, Syekh Hasanuddin menyampaikan dakwahnya di musholla yang dibangunnya dengan gotong royong bersama para santri dan masyarakat sekitarnya.  Iapun memulai mengajar mengaji dan melakukan dakwah Islam dengan penuh keramahan. Uraiannya tentang agama Islam mudah dipahami, dan mudah pula untuk diamalkan, karena ia bersama santrinya langsung memberi contoh. Pengajian Al-Qur’an memberikan daya tarik tersendiri, karena ulama besar ini memang seorang Qori yang merdu suaranya. Oleh karena itu setiap hari banyak penduduk setempat yang secara sukarela menyatakan masuk Islam.
Berita tentang dakwah Syeh Hasanuddin (yang kemudian lebih dikenal dengan nama SyekhQuro) di pelabuhan Karawang rupanya telah terdengar kembali oleh Prabu Angga Larang, yang dahulu pernah melarang Syekh Quro melakukan kegiatan yang sama tatkala mengunjungi pelabuhan Muara Jati Cirebon. Sehingga ia segera mengirim utusan yang dipimpin oleh sang putra mahkota yang bernama Raden Pamanah Rasa untuk menutup Pesantren Syekh Quro.
Namun tatkala putra mahkota ini tiba di tempat tujuan, rupanya hatinya tertambat oleh alunan suara merdu ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh NyaiSubang Larang. mengurungkan niatnya untuk menutup Pesantren Quro, dan tanpa ragu-ragu menyatakan isi hatinya untuk memperistri Nyi Subang Larang yang cantik itu dan halus budinya.
Lamaran tersebut rupanya diterima oleh Nyai Subang Larang dengan syarat mas kawinnya haruslah berupa “Bintang Saketi”, yaitu simbol dari “tasbih” yang berada di Negeri Makkah.
Sumber lain menyatakan bahwa hal itu merupakan kiasan bahwa sang Prabu haruslah masuk Islam, dan patuh dalam melaksanakan syariat Islam. Selain itu, Nyai Subang Larang juga mengajukan syarat, agar anak-anak yang akan dilahirkan kelak haruslah ada yang menjadi Raja. Semua hal tesebut rupanya disanggupi oleh Raden Pamanah Rasa, sehingga beberapa waktu kemudian pernikahan pun dilaksanakan, bertempat di PesantrenQuro (atau Mesjid Agung sekarang) dimana Syekh Quro sendiri bertindak sebagai penghulunya. Islampun menyebar luas keberbagai




Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock, tonton sebab , petisi ini berisi keinginan bangsa Indonesia untuk memiliki parlemen pemerintaha...