Kerajaan Tarumanegara terletak di Desa Segaran Kecamatan
Batujaya Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Hal ini dibuktikan dari adanya
peninggalan berupa Candi Jiwa dan Candi Blandongan didaerah tersebut.
Kerajaan Tarumanegara merupakan sebuah kerajaan besar
diwilayah Jawa barat pada abad ke 6 Masehi.
Tarumanegara memiliki kekuasaan atas 48 kerajaan kecil dibawahnya. Yang
tersebar di wilayah Jawa Barat.
Luasnya wilayah kerajaan Tarumanegara tak lepas dari visi
dan kepemimpinan Raja Purnawarman yang sangat kuat, efektif dan terorganisasi
dengan baik. Visi kedepannya yang kuat
dibuktikan dengan pemindahan ibukota dari Linggapura ( Bekasi ) ke dataran
diantara Sungai Citarum dengan Laut Utara Jawa yang kita lihat dari banyak
peninggalannya didaerah kecamatan Batujaya Karawang.
Sumber sejarah kerajaan Tarumanegara yaitu :
- Prasasti Ciareuteun
- Ditemukan dimuara Cisadane. Bentuknya berupa batu besar dengan cap
sepasang telapak kaki, tulisannya berbunyi :
- “ Ini bekas sebuah kaki yang seperti kaki
Dewa Wisnu, ialah kaki yang mulia Purnawarman, Raja Negeri Taruma yang
gagah berani didunia”
- Prasasti Kebon Kopi
- Di temukan di Cibungbulan. Bentuknya batu besar dengan gambar
telapak kaki gajah Airawata, bunyi tulisannya “ Disini tampak sepasasang
dua telapak kaki yang seperti Airawata, Gajah penguasa Taruma yang Agung
dan …. Kejayaan”.
Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiyang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman. Lahan tempat prasasti itu ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan kopi.
Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja dengan beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah (lontar) .
Dari uraian diatas, Kerajaan Sunda seperti Tarumanegara memiliki beberapa pelabuhan yang menjadi bandar perdagangan dan menjadi sumber keuangan bagi kerajaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar