Selasa, 06 Maret 2018

Sejarah Indonesia : Kerajaan Sunda Tarumanegara

Learning Indonesian history for all people : 

Kerajaan Tarumanegara terletak di Desa Segaran Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Hal ini dibuktikan dari adanya peninggalan berupa Candi Jiwa dan Candi Blandongan didaerah tersebut.

Kerajaan Tarumanegara merupakan sebuah kerajaan besar diwilayah Jawa barat pada abad ke 6 Masehi.  Tarumanegara memiliki kekuasaan atas 48 kerajaan kecil dibawahnya. Yang tersebar di wilayah Jawa Barat.

Luasnya wilayah kerajaan Tarumanegara tak lepas dari visi dan kepemimpinan Raja Purnawarman yang sangat kuat, efektif dan terorganisasi dengan baik.  Visi kedepannya yang kuat dibuktikan dengan pemindahan ibukota dari Linggapura ( Bekasi ) ke dataran diantara Sungai Citarum dengan Laut Utara Jawa yang kita lihat dari banyak peninggalannya didaerah kecamatan Batujaya Karawang.

Tarumanegara juga mendorong pembentukan kerajaan Sriwijaya melalui perkawinan Putri Raja yang bernama Manasih dengan Sang Hyang Jayanaga dan Sanjaya ( pendiri Mataram ) dengan Sobakencana putri dari Sunda Sembada anak Raja Tarusbawa.
Setelah Tarusbawa pindah kembali kerajaan orangtuanya, Sunda Sambawa, di daerah Bogor, kerajaan Tarumanegara dipimpin putranya Sunda Sembada yang beribukota di Sundapura di Karawang Jawa Barat.  Sunda Sembada meninggal diusia muda dan digantikan oleh menantunya Sanjaya keponakan saja Sana dari kerajaan Galuh Pakuan Ciamis. Tetapi Sanjaya kemudian pindah ke Kalingga mengikuti jejak ayahnya Raja Sana yang menjadi Raja di Kalingga karena menikahi Parwati, putri raja Kalingga.  Sehingga, Tarumanegara tidak memiliki pemimpin yang efektif menjalankan pemerintahan hingga akhirnya mengalami kemunduran dan menjadi daerah pertanian yang jejaknya bisa kita temui di Kecamatan Batujaya Karawang berupa Candi Jiwa , Candi Blandongan.


Mundurnya Kerajaan Tarumanegara,  memunculkan dua kerajaan besar di Jawa Barat, yaitu kerajaan Galuh yang berpusat  di Kawali Ciamis dan Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran di daerah Bogor , dari 47 kerajaan kecil yang dulunya dibawah kekuasaan Tarumanegara.
Sumber sejarah kerajaan Tarumanegara yaitu :

  1. Prasasti Ciareuteun
  2. Ditemukan dimuara Cisadane.  Bentuknya berupa batu besar dengan cap sepasang telapak kaki, tulisannya berbunyi :
  3. “ Ini bekas sebuah kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki yang mulia Purnawarman, Raja Negeri Taruma yang gagah berani didunia”
  4. Prasasti Kebon Kopi
  5. Di temukan di Cibungbulan.  Bentuknya batu besar dengan gambar telapak kaki gajah Airawata, bunyi tulisannya “ Disini tampak sepasasang dua telapak kaki yang seperti Airawata, Gajah penguasa Taruma yang Agung dan …. Kejayaan”.
Prasasti Tugu, Ditemukan di Cilincing tahun 1878 dikampung Tugu. Prasasti dibuat sekitar tahun  450an. ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12 km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.  
Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiyang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten PandeglangBanten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.  Lahan tempat prasasti itu ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan kopi. 
 Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja dengan beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah (lontar) .
Dari uraian diatas, Kerajaan Sunda seperti Tarumanegara memiliki beberapa pelabuhan yang menjadi bandar perdagangan dan menjadi sumber keuangan bagi kerajaan.


Selasa, 06 Februari 2018

Penyebaran Islam di Karawang

Learning Indonesian history for all people
Kegiatan penyebaran Agama Islam di Karawang dilakukan oleh Syekh Hasanuddin  .  Ia berasal dari Kerajaan Campa.  Namun, ia menghadapi penentangan dari  Raja Pajajaran yang beragama Hindu. yaitu Prabu Wastu Kencana atau Prabu Angga Larang . Sehingga Syech Hasanudin  diminta agar tak melakukan penyebaran agama  Islam di wilayah Karawang .
Oleh Syekh Hasanuddin perintah itu dipatuhi. Kepada utusan yang datang kepadanya ia mengingatkan, bahwa meskipun dakwah itu dilarang, namun kelak dari keturunan Prabu Angga Larang akan ada yang menjadi seorang Waliyullah.  Syekh Hasanuddininggalkan Karawang dan pergi ke Cirebon. Ia mohon diri kepada Ki Gedeng Tapa penguasa Cirebon yang juga membawahi wilayah Karawang.
Syekh Hasanuddin dan pengikutnya kembali ke Malaka, Ki Gedeng Tapa  menitipkan putrinya yang bernama Nyai Subang Karancang atau Nyai Subang Larang untuk ikut bersama ulama besar ini untuk belajar Agama Islam di Malaka.
Tak lama berada di Malaka, Syekh Hasanuddin  kembali ke wilayah Kerajaan Hindu Pajajaran. Dan untuk keperluan tersebut, maka  disiapkan 2 perahu dagang yang memuat rombongan para santrinya termasuk Nyai Subang Larang.
Sekitar tahun 1418 Masehi, setelah rombongan ini memasuki Laut Jawa, kemudian memasuki Muara Kali Citarum yang pada waktu itu ramai dilayari oleh perahu para pedagang yang memasuki wilayah Pajajaran. Selesai menyusuri Kali Citarum ini akhirnya rombongan perahu singgah di Pura Dalam atau Pelabuhan Karawang ( sekarang Alun - Alun Karawang ). Kedatangan rombongan ulama besar ini disambut baik oleh petugas Pelabuhan Karawang dan diizinkan untuk mendirikan musholla yang digunakan juga untuk belajar mengaji dan tempat tinggal.
Setelah beberapa waktu berada di pelabuhan Karawang, Syekh Hasanuddin menyampaikan dakwahnya di musholla yang dibangunnya dengan gotong royong bersama para santri dan masyarakat sekitarnya.  Iapun memulai mengajar mengaji dan melakukan dakwah Islam dengan penuh keramahan. Uraiannya tentang agama Islam mudah dipahami, dan mudah pula untuk diamalkan, karena ia bersama santrinya langsung memberi contoh. Pengajian Al-Qur’an memberikan daya tarik tersendiri, karena ulama besar ini memang seorang Qori yang merdu suaranya. Oleh karena itu setiap hari banyak penduduk setempat yang secara sukarela menyatakan masuk Islam.
Berita tentang dakwah Syeh Hasanuddin (yang kemudian lebih dikenal dengan nama SyekhQuro) di pelabuhan Karawang rupanya telah terdengar kembali oleh Prabu Angga Larang, yang dahulu pernah melarang Syekh Quro melakukan kegiatan yang sama tatkala mengunjungi pelabuhan Muara Jati Cirebon. Sehingga ia segera mengirim utusan yang dipimpin oleh sang putra mahkota yang bernama Raden Pamanah Rasa untuk menutup Pesantren Syekh Quro.
Namun tatkala putra mahkota ini tiba di tempat tujuan, rupanya hatinya tertambat oleh alunan suara merdu ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dikumandangkan oleh NyaiSubang Larang. mengurungkan niatnya untuk menutup Pesantren Quro, dan tanpa ragu-ragu menyatakan isi hatinya untuk memperistri Nyi Subang Larang yang cantik itu dan halus budinya.
Lamaran tersebut rupanya diterima oleh Nyai Subang Larang dengan syarat mas kawinnya haruslah berupa “Bintang Saketi”, yaitu simbol dari “tasbih” yang berada di Negeri Makkah.
Sumber lain menyatakan bahwa hal itu merupakan kiasan bahwa sang Prabu haruslah masuk Islam, dan patuh dalam melaksanakan syariat Islam. Selain itu, Nyai Subang Larang juga mengajukan syarat, agar anak-anak yang akan dilahirkan kelak haruslah ada yang menjadi Raja. Semua hal tesebut rupanya disanggupi oleh Raden Pamanah Rasa, sehingga beberapa waktu kemudian pernikahan pun dilaksanakan, bertempat di PesantrenQuro (atau Mesjid Agung sekarang) dimana Syekh Quro sendiri bertindak sebagai penghulunya. Islampun menyebar luas keberbagai




Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock, tonton sebab , petisi ini berisi keinginan bangsa Indonesia untuk memiliki parlemen pemerintaha...