Learning Indonesian history for all people
Sejarah Indonesia : Babad Cirebon
Sejarah Indonesia : Babad Cirebon
Cirebon adalah wilayah pesisir utara
sebelah timur di Jawa Barat. Cirebondalam sejarah perjalanan masyarakatnya menghasilkan kesultanan Cirebon. Kata Cirebon sendiri berasal dari cai( air)
dan rebon ( udang kecil ), jadi Cirebon, yangdidasarkan cerita udang diperas,
daging dan kulitnya dijadikan terasi ( Grage ) dan air perasannya di masak
diberi bumbu-bumbu, sehingga menghasilkan rasa yang enak, atau sering disebut
petis blendrang.
Cirebon berdiri diawali oleh mimpi
Pangeran Walangsungsang putra RajaPajajaran , Sri Sang Ratu Dewata Wisesa atau terkenal dengan nama Sri Maha
Prabu Siliwangi, seorang penganut agama Hindu (di Jawa Barat ), bertemu dengan
seorang ulama besar dan kemudian berlanjut menjadi perjalanan mencari sang
Ulama Islam yang ada dalam mimpinya.
Keinginannya bertemu seorang Ulama
Islam membuatnya diusir keluar dari Istana oleh ayahnya yang beragama Hindu,
Sri Maha Prabu Siliwangi. Ia Keluar dari
Istana untuk mewujudkan mimpinya bertemu dengan Sang Ulama dan mempelajari
Islam. Yang kemudian disusul adik perempuannya Rarasungsang.
Dalam perjalanan mencari Islam, ia
menikah dengan Indangayu putri Sanghyang Danuwarsih yang tinggal digunung
Maraapi di Rajadesa daerah Ciamis Timur.
Didaerah ini pula ia bertemu adiknya yang dating menyusul.
Setelah banyak bertanya, ia pun
mendapat petunjuk. Ia harus pergi ke GunungJati untuk bertemu dengan Syech Nurjati, ulama besar yang ada dalam
mimpinya. Ia pun masuk Islam bersama
dengan istri dan adiknya. Ia mempelajari
Islam dari Syech Nurjati. Ia diberi nama Islam oleh Syech Nurjati, Somadullah.
Setelah lama mempelajari Islam, Syech
Nurjati memerintahkannya untuk membangun sebuah perkampungan didaerah
pesisir dan berhenti didaerah Lemahwungkuk, yang dihuni seorang Kakek Tua,
Ki Gedeng Alang-alang, yang kemudian mengangkatnya sebagai anak dan memberikan
nama ke Somadullah sebagai Cakrabumi.
Bila sianghari ia membabat semak
belukar untuk dijadikan kebon, sore ia dengan perahu kecil menangkap udang
kecil atau rebon yang kemudian ditumbuk dijadikan terasi ( bumbu penyedap
masakan tradisional ). Tanah yang subur
untuk berkebon membuat banyak penduduk berdatangan dan ikut mendirikan
pemukiman sehingga menjadi sebuah kampong yang ramai dan akhirnya menjadi dukuh
Cirebon. Dan Cakrabumi oleh penduduk diangkat menjadi Kuwu ( Lurah, pemimpin)
Cirebon, sepeninggal Ki Gedeng Alang-alang.
Ia juga digelari Pangeran Cakrabuana 1447 m.
Atas petunjuk Syech Nurjati, ia pergi
menemui ulama besar Maulana Malik Ibrahim
yang kemudian memerintahkannya pergi Haji ketanah Mekkah . Di Mekkah, Cakrabumi dan adik perempuannya,
Rarasantang mempelajari Islam, baik fikih, tarekat, maupun ilmu ma’rifat. Dari
Syech Bayan dan Syech Abdullah. Dalam
perjalanan sepulang Haji , Rara santang
ditemui utusan raja Mesir yang ingin menikahinya dan pernikahan dilangsungan di
Mesir.
Setelah beberapa bulan di Mesir,
Cakrabumi kembali ke Mekkah, meninggalkan adiknya Rarasantang yang sedang hamil
3 bulan, di Mekkah ia menemui Syekh Bayan dan Syech Abdullah lalu pulang ke
Jawa dengan menyinggahi Aceh dan
Palembang.
Rarasantang melahirkan seorang putra
yang diberi nama Syarif Hidayatullah dan setahun kemudian melahirkan putra
Syarif Nurullah.
Cakrabumi kembali ke Cirebon dan
menjadi Kuwu Cirebon lagi. Karena
Cirebon menjadi daerah yang ramai, penduduknya padat. Ia membangun Keraton Pakungwati dan sebuah
Mesjid 1452 m. Cirebon oleh kerajaan
Pajajaran dianggap sebagai wilayah bawahan dengan Cakrabumi dianggap sebagai
Prabu Anom.