Kamis, 04 Agustus 2016

Sejarah Indonesia: Babad Cirebon

Learning Indonesian history for all people
Sejarah Indonesia : Babad Cirebon
Cirebon adalah wilayah pesisir utara sebelah timur di Jawa Barat.  Cirebondalam sejarah perjalanan masyarakatnya menghasilkan kesultanan Cirebon.  Kata Cirebon sendiri berasal dari cai( air) dan rebon ( udang kecil ), jadi Cirebon, yangdidasarkan cerita udang diperas, daging dan kulitnya dijadikan terasi ( Grage ) dan air perasannya di masak diberi bumbu-bumbu, sehingga menghasilkan rasa yang enak, atau sering disebut petis blendrang.
Cirebon berdiri diawali oleh mimpi Pangeran Walangsungsang  putra RajaPajajaran , Sri Sang Ratu Dewata Wisesa atau terkenal dengan nama Sri Maha Prabu Siliwangi, seorang penganut agama Hindu (di Jawa Barat ), bertemu dengan seorang ulama besar dan kemudian berlanjut menjadi perjalanan mencari sang Ulama  Islam yang ada dalam mimpinya.
Keinginannya bertemu seorang Ulama Islam membuatnya diusir keluar dari Istana oleh ayahnya yang beragama Hindu, Sri Maha Prabu Siliwangi.  Ia Keluar dari Istana untuk mewujudkan mimpinya bertemu dengan Sang Ulama dan mempelajari Islam. Yang kemudian disusul adik perempuannya Rarasungsang.
Dalam perjalanan mencari Islam, ia menikah dengan Indangayu putri Sanghyang Danuwarsih yang tinggal digunung Maraapi di Rajadesa daerah Ciamis Timur.  Didaerah ini pula ia bertemu adiknya yang dating menyusul. 
Setelah banyak bertanya, ia pun mendapat petunjuk.  Ia harus pergi ke GunungJati untuk bertemu dengan Syech Nurjati, ulama besar yang ada dalam mimpinya.  Ia pun masuk Islam bersama dengan istri dan adiknya.  Ia mempelajari Islam dari Syech Nurjati. Ia diberi nama Islam oleh Syech Nurjati, Somadullah.
Setelah lama mempelajari Islam, Syech Nurjati memerintahkannya untuk membangun sebuah perkampungan didaerah pesisir  dan berhenti didaerah  Lemahwungkuk, yang dihuni seorang Kakek Tua, Ki Gedeng Alang-alang, yang kemudian mengangkatnya sebagai anak dan memberikan nama ke Somadullah sebagai Cakrabumi.
Bila sianghari ia membabat semak belukar untuk dijadikan kebon, sore ia dengan perahu kecil menangkap udang kecil atau rebon yang kemudian ditumbuk dijadikan terasi ( bumbu penyedap masakan tradisional ).  Tanah yang subur untuk berkebon membuat banyak penduduk berdatangan dan ikut mendirikan pemukiman sehingga menjadi sebuah kampong yang ramai dan akhirnya menjadi dukuh Cirebon. Dan Cakrabumi oleh penduduk diangkat menjadi Kuwu ( Lurah, pemimpin) Cirebon, sepeninggal Ki Gedeng Alang-alang.  Ia juga digelari Pangeran Cakrabuana 1447 m.
Atas petunjuk Syech Nurjati, ia pergi menemui ulama besar Maulana Malik Ibrahim  yang kemudian memerintahkannya pergi Haji ketanah Mekkah .  Di Mekkah, Cakrabumi dan adik perempuannya, Rarasantang mempelajari Islam, baik fikih, tarekat, maupun ilmu ma’rifat. Dari Syech Bayan dan Syech Abdullah.  Dalam perjalanan  sepulang Haji , Rara santang ditemui utusan raja Mesir yang ingin menikahinya dan pernikahan dilangsungan di Mesir.
Setelah beberapa bulan di Mesir, Cakrabumi kembali ke Mekkah, meninggalkan adiknya Rarasantang yang sedang hamil 3 bulan, di Mekkah ia menemui Syekh Bayan dan Syech Abdullah lalu pulang ke Jawa  dengan menyinggahi Aceh dan Palembang.
Rarasantang melahirkan seorang putra yang diberi nama Syarif Hidayatullah dan setahun kemudian melahirkan putra Syarif Nurullah.
Cakrabumi kembali ke Cirebon dan menjadi Kuwu Cirebon lagi.  Karena Cirebon menjadi daerah yang ramai, penduduknya padat.  Ia membangun Keraton Pakungwati dan sebuah Mesjid 1452 m.  Cirebon oleh kerajaan Pajajaran dianggap sebagai wilayah bawahan dengan Cakrabumi dianggap sebagai Prabu Anom.

Tidak ada komentar:

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock, tonton sebab , petisi ini berisi keinginan bangsa Indonesia untuk memiliki parlemen pemerintaha...