Kamis, 22 Oktober 2015

DI/TII di Aceh

Learning history for all people

Tanya : Bagaimana hubungan dengan DI/TII di Aceh ?
M. Natsir  :  ya, jadi di Aceh, ya di Aceh kita coba selesaikan, tapi kita tadinya mencoba mengirim surat.  Saudara, saya ambil waktu yang terakhir, sebelum, hubungan kita dengan Daud Beureuh baik. Masih ada kemungkinan-kemungkinan untuk tidak akui itu permusuhan, kita tunda  sampai ada kesempatan. Kita biarkan dia mendakwakan Negara Aceh. Kita tak sebut-sebut itu.  Kita bicara manusia dengan manusia saja.  Daud setuju. Tak ada banyak officer-officer, cara approach kita sudah secara yuridis formil. Tidak mereka itu sudah punya kekuasaan.  Seolah-olah sudah jadi provinsi.  Tak disebut sudah propinsikan atau tidak. 
Tetapi sesudah itu keadaan tambah tajam.  Diwaktu-waktu terakhir saya dating, Daud Beureuh tak mau jemput di Airport.  Di utus istrinya.  Waktu saya beberapa kali ke Aceh di jemput sendiri.
Ada tempat pertemuan khusus tamu-tamu, dia tak sambut saya.  Mau bawa saya ke Hotel.  Jadi itu saya ceritakan, yang mana hubungan saya dengan Daud Beureuh sudah beberapa waktu buruk.  Jadi dia tak ikut istrinya.
Kedua, saya mau naik tempat pertemuan penginapan resmi.  Dia bawa saya ke Hotel, itu instruksi beliau.  Saya lihat jalannya. Mau kemana ini, saya protes, saya ndak mau ke Hotel.  Saya mau ketempat yang lama, kalau tidak saya kembali. Jadi saya gertak gitu.  Dia takut juga ( M. Natsir tersenyum ).  Orang tahu  bahwa saya dating ketempat biasanya saya menginap. Ya , saya sudah seolah-olah tempat yang sudah biasa.  Orang dating nggak setuju atau apa setahu atau tidak setahunya Daud Beureuh orang berdatangan.  Natsir dating ini . buat apa dating ?  Saya bilang mau nyusul, hendak musyawarah.  Mau kami di Jakarta.  Perkara provinsi Aceh itu kita ukur dengan Undang-undang.  Kami di Jakarta mempersiapkan Undang-undang.  Undang-undang sudah siap kita bawa ke Parlemen.  Parelemen, jangan mendadak begitu saja.  Kami sudah putuskan begitu.  Itu memang begitu.   Tetapi mempesiapkan itu ada waktu.  Parlemen juga ada waktu.  Jadi mereka itu gak tegar. Ndak sabar menunggu keputusan itu.

Bersambung …..

Jumat, 16 Oktober 2015

Sejarah Indonesia :Pemberontakan DI/TII

Learning Indonesian history for all :

Sejarah Indonesia 
Wawancara dengan M. Natsir
Tanya : Mengenai terjadinya DI/TII,  bagaimana hubungannya dengan Masyumi ?
M. Natsir : Sebenarnya DI/TII ini ada sesudahnya Jawa Barat dilepaskan kepada Belanda. Tadinya itu republiken semua. Ini kan DI , ada keputusan antara permusyawaratan Belanda dengan Indonesia, supaya Jawa Barat dikosongkan dari RI, itu bukan main pedihnya bagi orang-orang Jawa Barat.  Seolah – olah disingkirkan  dari Republik.  Padahal mereka berjuang.  Padahal perjuangan pertama di Bandung dengan Nasution.  Dengan menjadi mereka merasa orang yang ditinggalkan oleh Republik.  Saya lihat Kartosuwirjo waktu  itu pergi ke Jogja kerjasama dengan pemerintah Bung Hatta, dengan Kartosuwirjo selalu bertemu bermusyawarah bagaimana membantu orang yang ditinggalkan itu, tetapi tak resmi.  Tetapi bantu dengan keuanganlah banyak sedikitnya, supaya orang itu mengadakan perjuangan terhadap Belanda, dengan, dalam majlisul Islam atau apa itu namanya.<a href=http://www.Myhistoryofleadership.blogspot.com>pindah</a>.
 

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock, tonton sebab , petisi ini berisi keinginan bangsa Indonesia untuk memiliki parlemen pemerintaha...