Minggu, 21 Februari 2016

Sejarah Indonesia : Masa Neolithikum

Learning history Indonesian history for all people
Masa neolithikum
Semua makhluk dibumi memerlukan makanan.  Manusia dan berbagai jenis binatang bahkan tumbuhan memerlukan makanan. Demikian juga dengan manusiapurba mereka membutuhkan berbagai jenis makanan untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan kelompoknya.
Mereka berpindah-pindah tempat untuk mendapatkan makanan ( nomaden). Mereka mencari daerah-daerah subur yang banyak sumber makanan dan menetap selama sumber makanan masih tersedia.  Mereka pindah mencari sumber makanan baru dan menetap lagi ditempat baru, begitu seterusnya.

Manusia purba belajar dari pengalaman hidupnya.  Pola hidup nomaden mulai dirasakan sulit.  Area gerak mereka mulai dibatasi oleh terbentuknya daerah-daerah pemukiman dengan area perladangannya serta banyak binatang yang sudah dipelihara oleh manusia purba lainnya.  Sementara binatang buruan kian sulit didapat.  Karena itu banyak manusia purba yang nomaden mulai menetap. Hanya tinggal sedikit yang masih nomaden.
Karena mayoritas mulai menetap dan mulai berladang atau berhuma , maka mereka mulai memproduksi makanan.  Dengan memproduksi makanan , maka manusia purba masa neolithikum mulai mengolah alam dan mulai tidak tergantung pada alam.
Kehidupan bercocok tanam dilakukan setelah mereka mengalami berpindah-pindah tempat dan kembali ketempat yang sama  banyak biji-bijian yang dulu mereka buang telah tumbuh menjadi tanaman dan pohon baru yang berbuah atau siap untuk mereka makan kembali. Pengetahuan tentang tanaman yang bijinya bisa ditanam kembali atau yang batangnya bisa ditanam kembali membuat mereka mulai melakukan penanaman-penanaman.  Ketika tanaman yang mereka tanam kemudian tumbuh besar dan menghasilkan makanan, maka mereka memiliki pengatahuan dan pengalaman bercocok tanam.
Dengan pengetahuan dan pengalaman yang terus menerus dan diwariskan dari generasi kegenerasi maka mereka makin mahir bercocok tanam. Mereka mulai berhuma dan berladang.  Mereka juga mengenal system penyiraman tanaman yang kemudian mendorong mereka mengenal pengairan dengan system irigasi.
Didaerah pegunungan yang konturnya beertingkat, mereka bercocok tanam dengan system sengkedan, dimana air dialirkan dari sawah dipermukaan yang lebih tinggi kepermukaan sawah yang ada dibawahnya.
Mereka bukan hanya menanam sejenis padi-padian, jagung, talas, tetapi berbagai pohon yang buahnya menjadi sumber makanan mereka.
Alat-alat berladang yang digunakan adalah beliung persegi. Beliung persegi terbuat dari batu kalsedon. Bentuknya persegi memanjang. Seluruh permukaannya dihaluskan dan dibuatkan pada pangkalnya ikatan.  Beliung panjang persegi ini banyak ditemukan di Sumatera, Jawa dan Bali.
Alat pertanian lain adalah kapak lonjong yang diasah dengan ujung runcing dan tajam. Kapak lonjong dibuat dari batu yang berwarna kehitaman.  Kapak lonjong banyak ditemukan di Sulawesi, Sangihe, Flores, Maluku dan Irian.
Dalam bertani juga digunakan alat-alat pemukul kulit kayu.  Alat pemukul kulit kayu terbuat dari batu dan berbentuk persegi panjang.  Kulit kayu dipukul untuk dijadikan semacam benang yang kemudian mereka tenun dan pintal untuk dijadikan kain.  Alat pemukul kayu banyak ditemukan Kalimantan Tenggara ( Ampah ), Sulawesi Tengah ( Kalumpang dan Minanga Sipakka ).
Dari era bertani ini muncul keterampilan membuat gerabah.  Gerabah terbuat dari tanah liat yang dibakar.  Gerabah digunakan  sebagai tempat menyimpan hasil pertanian atau menyimpan air.

Manusia purba pendukung kebudayaan neolithikum adalah manusia jenis Mongoloid.

Tidak ada komentar:

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock, tonton sebab , petisi ini berisi keinginan bangsa Indonesia untuk memiliki parlemen pemerintaha...