Learning history for all people
Sejarah : Kerajaan Majapahit
Raja ke Majapahit adalah Hayam Wuruk yang memerintah sejak
usia 16 tahun. Hayam wuruk muda, cerdas
dan berambisi besar menguasai kepulauan nusantara dan menguasai perdagangan
nusantara.
Ia didampingi Patih Gajah Mada, yang berusia dewasa, berfikir
dewasa, berpengalaman menangani krisis,
pemberani, ahli politik yang memiliki visi dan ambisi besar menguasai nusantara , bahkan ia
bersumpah tak akan makan rempah-rempah sebelum menyatukan nusantara, melalui
sumpah palapanya .
Kerajaan Majapahit dibawah dua orang yang memiliki visi ,
ambisi besar dan keberanian besar cepat tumbuh menjadi kerajaan besar. Dengan pasukan kuat, terlatih , sangat
disiplin dan berjumlah besar didarat maupun dilaut maka satu persatu pulau dan
kerajaan-kerajaan di Nusantara jatuh kedalam kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pulau Bali dikuasai tahun 1334, Sriwijaya saingan utama ditaklukan 1337,
Singapore dan Dempo dikuasai tanpa perlawanan, kemudian wilayah Melayu hingga
ke Perlak Aceh dikuasai. Dari nusantara tenggara, Maluku, Sulawesi hingga papua
dikuasai . Seluruh Jawa hampir dikuasai, hanya wilayah Pasundan, Jawa barat
yang tak dikuasai.
Upaya penaklukan Kerajaan Sunda secara militer dilakukan dua
kali tetapi selalu gagal. Entah karena
pasukan yang dikirim kurang kuat, atau karena, secara historis, ada darah
Pasundan dalam darah Hayam Wuruk, karena ia sendiri keturunan R. Wijaya dan R.
Wijaya ayahnya seorang pangeran dari kerajaan Sunda. Karena itu, gagal secara
militer, maka Gajah Mada menggunakan taktik diplomasi.
Hayam Wuruk adalah Raja besar berusia muda tetapi belum
memiliki istri. Sementara, Raja
Pajajaran dari Kerajaan Sunda memiliki putri yang cantik, karena itu, kalau
disandingkan akan menjadi suami istri yang hebat. Disisi lain, menguasai putrinya berarti tahta
kerajaan Pajajaran tinggal menunggu waktu untuk dikuasai Kerajaan Majapahit. Karena itu, Majapahit mengirim utusan untuk
melamar putri Dyah Pitaloka anak Raja Pajajaran Sri Baduga . Lamaran diterima. Pernikahan disepakati dilakukan diistana
Majapahit.
Namun, ketika rombongan pengantin dating ditanah bubat,
mereka menunggu dijemput Raja Hayam wuruk. Yang dating ke lapangan bubat bukan
rombongan penerima pengantin melainkan pasukan bersenjata lengkap dibawah
pimpinan Gajah Mada, yang meminta agar putrid Dyah Pitaloka diserahkan sebagai
tanda tunduknya Kerajaan Pajajaran kepada Kerajaan Majapahit. Raja Pajajaran Sri Baduga menolak karena
diluar dari kesepakatan pembicaraan, mereka bersepakat tentang perkawinan bukan
harus menyerah kalah dan tunduk kepada Majapahit. Ketidaksepakatan ini membuat kedua pihak
emosi tinggi sehingga terjadilah pertempuran yang tidak seimbang. Seluruh rombongan
pengantin Pajajaran, termasuk Raja Sri Baduga tewas, bahkan putri cantik Dyah
Pitaloka bunuh diri menjaga kehormatan Kerajaan Pajajaran.
Peristiwa bubat ini menandai hubungan buruk Hayam Wuruk
dengan Gajah Mada. Hayam Wuruk tidak
setuju dengan cara yang ditempuh Gajah Mada, walau untuk kebesaran Majapahit.
Karena yang dihadapi dan dihabisi Gajah Mada adalah rombongan pengantin, bukan
pasukan yang disiapkan untuk perang.
Disisi lain, tampaknya Hayam Wuruk merasa rombongan dari Pajajaran
adalah kerabat jauhnya. Dan tentu saja
ia kecewa karena gagal mengawini gadis cantik yang sebelumnya menjadi
pembicaraan hangat diistana Majapahit.
Hubungan buruk dengan Hayam Wuruk membuat Gajah Mada mundur
pelan-pelan dari kekuasaannya hingga ia meninggal tahun 1364. Gajah Mada digantikan Gajah Mungkuri sebagai
pelaksana pemerintahan. Hayam Wuruk sendiri wafat tahun 1389.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar