Learning history for all
M. Natsir adalah Perdana Mentri era Demokrasi liberal Parlementer 1950-1951 , berikut sambungan wawancara dengan beliau ...
M. Natsir adalah Perdana Mentri era Demokrasi liberal Parlementer 1950-1951 , berikut sambungan wawancara dengan beliau ...
Tanya : bagaimana pandangan Buya terhadap system partai
tunggal yang diajukan Presiden Soekarno ?
Jawab : Partai tunggal waktu itu di Jakarta. Waktu itu kita
masih di Jakarta.Waktu kita belum mengadakan KNIP. Itu waktu dia masih di sini.
Dia mengajukan partai tunggal. Itu kita tolak.
Partai tunggal itu artinya fasisme.
Jadi nampaklah kita bayangkan bahwa kemauan dari Presiden Soekarno
disaat-saat yang kritis keluar dia punya kemauan, kepribadian, pendapat atau
political ideologinya disaat-saat kritis. Tapi kalau sudah selesai
pidato-pidatonya baik-baik saja, sudah merangkul semua, jadi itulah kalau
kritis dan sesudahnya, saudara tahu bahwa Soekarno mengadakan partai tunggal
lagi waktu dia sudah berkuasa. Jadi
itulah yang kita alami yang kalau kritis Nampak kepribadiannya.
Tanya : Soal ketidakseimbangan didalam KNIP, antara kalangan
Islam dengan kalangan sekuler ?
Jawab : Mula-mulanya KNIP itu tidak ada pilihan dan tentu
partai mana itu, bukan partai itu sekian-sekian. Karena pemimpin-pemimpin yang aktif dalam
revolusi, yang secara ukhuwah, secara ikhlas saja, kita pokoknya menghadapi
musuh. Musuh itu kita hadapi dulu, itu
kita atur belakangan, itu umum. Orang
Kristen ribut mengenai anggaran dasar kita, lantas pendapat tuan bagaimana ? ya
kata yang lima itu dibuang saja, yang islam dalam piagam Jakarta. Jadi waktu itu kita menghadapi perjuangan
fisik serikat. Begitu penuh dengan
pikiran kita, kita begini saja, selamatkan kita dulu, capai kemerdekaan.Sudah
itu, kita atur kedalam, jadi kita bicara banyak itu dululah. Kadang itu tepat,
kadang itu tidak tepat. Ada yang tepat ada yang tidak tepat. Perkara mana itu
ya biarkan saja, tapi ada yang lantaran kita tolak itu menjadi dasar
perjuangan. <a href=http://www.Myhistoryofleadership.blogspot.com>pindah</a>.
Bersambung ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar