Learning history for senior high schools
Pada tahun 1590, penembahan senopati atau biasa disebut dengan senopati menguasai madiun, yang waktu itu bersekutu dengan surabaya. Pada tahun 1591 ia mengalahkan kediri dan jipang, lalu melanjutkannya dengan penaklukkan Pasuruan dan Tuban pada tahun 1598-1599.
Kerajaan Mataram Islam berdiri pada tahun 1582. Kelanjutan
dari kerajaan Islam Pajang . Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara
kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Raja yang pernah memerintah di Kerajaan
Mataram yaitu :Penembahan Senopati (1584-1601), yang merupakan putra dari Ki
Ageng Pamanahan, pembantu Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya.
Akan tetapi, kehadirannya di daerah ini dan
usaha pembangunannya mendapat berbagai jenis tanggapan dari para penguasa
setempat. Misalnya, Ki Ageng Giring yang berasal dari wangsa Kajoran secara
terang-terangan menentang kehadirannya. Begitu pula ki Ageng tembayat dan Ki
Ageng Mangir. Namun masih ada yang menerima kehadirannya, misalnya ki Ageng
Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan dan sambutan yang beraneka itu tidak
mengubah pendirian Ki Ageng Pemanahan untuk melanjutkan pembangunan daerah itu.
ia membangun pusat kekuatan di plered dan menyiapkan strategi untuk menundukkan
para penguasa yang menentang kehadirannya.
Pada tahun 1575, Ki Ageng Pemahanan meninggal
dunia. Ia digantikan oleh putranya, Danang Sutawijaya atau Pangeran Ngabehi
Loring Pasar. Di samping bertekad melanjutkan mimpi ayahandanya, ia pun
bercita-cita membebaskan diri dari kekuasaan pajang.
Kesempatan untuk lepas dari Kerajaan Islam Pajang dating ketika
dalam masa kekuasaan Benowo, Arya Pangiri penguasa Demak menuntut agar, Benowo
turun dari kekuasaannya sebagai Sultan Pajang, karena Arya Pangiri lebih berhak
menjadi Raja dan meneruskan kekuasaan trah Trenggono di kesultanan Demak.
Benowo yang lemah secara politik berusaha meminta dukungan ke Senopati atau
Sutawijaya, putra ke Ageng Pamanahan.
Langkah diplomatic Benowo yang meminta dukungan
ke Sutawiajaya, menakutkan Arya Pangiri, sehingga iapun berdiplomasi dengan
cara mengakui kekuasaan Sutawijaya atas Mataram, tetapi mereka sepakat untuk
menurunkan kekuasaan Benowo di Kesultanan Pajang. Hubungan yang tegang antara
sutawijaya dan kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan.
Kalah diplomasi, kalah kekuatan militer,
membuat Benowo menerima situasi dan turun menjadi adipati di Pajang, Sutawijaya
mengangkat dirinya menjadi raja di Kerajaan Mataram Islam dengan gelar penembahan Senopati Ing
Alaga. Ia mulai membangun kerajaannya dan memindahkan senopati pusat
pemerintahan ke Kotagede. Untuk memperluas daerah kekuasaanya, penembahan
senopati melancarkan serangan-serangan ke daerah sekitar. Misalnya dengan
menaklukkan Ki Ageng Mangir dan Ki Ageng Giring.
Pada tahun 1590, penembahan senopati atau biasa disebut dengan senopati menguasai madiun, yang waktu itu bersekutu dengan surabaya. Pada tahun 1591 ia mengalahkan kediri dan jipang, lalu melanjutkannya dengan penaklukkan Pasuruan dan Tuban pada tahun 1598-1599.
Sebagai raja islam yang baru, panembahan
senopati melaksanakan penaklukkan-penaklukan itu untuk mewujudkan gagasannya
bahwa mataram harus menjadi pusat budaya dan agama islam, untuk menggantikan
atau melanjutkan kesultanan demak.
Selain sultan, pejabat penting lainnya adalah
kaum priayi yang merupakan penghubung antara raja dan rakyat. Selain itu ada
pula panglima perang yang bergelar Kusumadayu, serta perwira rendahan atau
Yudanegara. Pejabat lainnya adalah Sasranegara, pejabat administrasi.
Dengan sistem pemerintahan seperti itu,
Panembahan senopati terus-menerus memperkuat pengaruh Kerajaan Mataram Islam dalam berbagai
bidang sampai ia meninggal pada tahun 1601. ia digantikan oleh putranya, Mas
Jolang atau Penembahan Sedaing Krapyak (1601 – 1613). Peran mas Jolang tidak
banyak yang menarik karena usia muda dan
sakit-sakitan. Setelah Raden Mas Jolang meninggal, ia digantikan oleh Raden Mas
Rangsang (1613 – 1645). Pada masa pemerintahannyalah Mataram meraih kejayaan.
Baik dalam bidang perluasan daerah kekuasaan, maupun agama dan kebudayaan.
Pangeran Jatmiko atau Mas Rangsang Menjadi raja
mataram ketiga. Ia mendapat nama gelar Agung Hanyakrakusuma selama masa
kekuasaan, Agung Hanyakrakusuma berhasil membawa Mataram ke puncak kejayaan
dengan pusat pemerintahan di Yogyakarta. Gelar “sultan” yang disandang oleh
Sultan Agung menunjukkan bahwa ia mempunyai kelebihan dari raja-raja
sebelumnya, yaitu panembahan Senopati dan Panembahan Seda Ing Krapyak. Ia
dinobatkan sebagai raja pada tahun 1613 pada umur sekitar 20 tahun, dengan
gelar “Panembahan”. Pada tahun 1624, gelar “Panembahan” diganti menjadi
“Susuhunan” atau “Sunan”. Pada tahun 1641, Agung Hanyakrakusuma menerima
pengakuan dari Mekah sebagai sultan, kemudian mengambil gelar selengkapnya
Sultan Agung Hanyakrakusuma Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman.
Karena cita-cita Sultan Agung untuk memerintah
seluruh pulau jawa, kerajaan Mataram Islam pun terlibat dalam perang yang
berkepanjangan baik dengan penguasa-penguasa daerah, maupun dengan kompeni VOC
yang mengincar pulau Jawa.
Pada tahun 1614, sultan agung mempersatukan
kediri, pasuruan, lumajang, dan malang. Pada tahun 1615, kekuatan tentara
mataram lebih difokuskan ke daerah wirasaba, tempat yang sangat strategis untuk
menghadapi jawa timur. Daerah ini pun berhasil ditaklukkan. pada tahun 1616,
terjadi pertempuran antara tentara mataram dan tentara surabaya, pasuruan,
Tuban, Jepara, wirasaba, Arosbaya dan Sumenep. Peperangan ini dapat dimenangi
oleh tentara mataram, dan merupakan kunci kemenangan untuk masa selanjutnya. Di
tahun yang sama Lasem menyerah. Tahun 1619, tuban dan Pasuruan dapat
dipersatukan. Selanjutnya mataram berhadapan langsung dengan Surabaya. Untuk
menghadapi surabaya, mataram melakukan strategi mengepung, yaitu lebih dahulu
menggempur daerah-daerah pedalaman seperti Sukadana (1622) dan Madura (1624).
Akhirnya, Surabaya dapat dikuasai pada tahun 1625.
Dengan penaklukan-penaklukan tersebut, Kerajaan MataramIslam menjadi kerajaan yang sangat kuat secara militer. Pada tahun, 1627, seluruh
pulau jawa kecuali kesultanan Banten dan wilayah kekuasaan kompeni VOC di
Batavia ttelah berhasil dipersatukan di bawah mataram. Sukses besar tersebut
menumbuhkan kepercayaan diri sultan agung untuk menantang kompeni yang masih
bercongkol di Batavia. Maka, pada tahun 1628, Mataram mempersiapkan pasukan di
bawah pimpinan Tumenggung Baureksa dan Tumenggung Sura Agul-agul, untuk
mengempung Batavia.
Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan
Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan
tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan yang lebih terlatih,
dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada pada 1629, pasukan Sultan Agung
kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki
Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap benteng Hollandia,
Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan, hingga
menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga. Selanjutnya,
serangan mataram diarahkan ke blambangan yang dapat diintegrasikan pada tahun
1639.
Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan
Belanda, serangan ini gagal, bahkan tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan
tersebut menyebabkan matara bersemangat menyusun kekuatan yang lebih terlatih,
dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada pada 1629, pasukan Sultan Agung
kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki Ageng Purbaya, ki
Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap benteng
Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat
dipatahkan, hingga menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu
juga. Selanjutnya, serangan mataram diarahkan ke blambangan yang dapat
diintegrasikan pada tahun 1639.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar