Peradaban zaman telah
memproduksi berbagai peristiwa sejarah.
Banyak buku sejarah ditulis untuk mengabadikan peristiwa tersebut. Ditulis dengan dengan penuh kesungguhan
dilengkapi dengan berbagai data, table , foto dll. Tetapi, kenapa tak sama ?
Apakah sejarah itu bohong ? kenapa banyak versi ?
Untuk menjawab hal tersebut ,kita
tergantung kepada satu konsep yaitu Historigrafi . Historigrafi merupakan ilmu tentang menulis
peristiwa sejarah. Ada metodologi
untuk menulis peristiwa sejarah dan tak boleh diabaikan. Bila diabaikan tidak saja kebenarannya dan
kesahihannya diragukan tetapi juga akan menjadi sebuah dongeng, mitologi atau
lainnya.
Dalam penulisan sejarah , langkah
pertama adalah proses heuristic yaitu proses pencaharian sumber – sumber
sejarah berupa berbagai dokumen, foto, benda, berbagai bentuk rekaman, buku,
catatan harian dll. Sumber-sumber
sejarah dicari dan dibutuhkan sebagai bahan dasar penulisan
sejarah. Sumber – sumber sejarah itu digunakan
untuk proses rekonstruksi peristiwa oleh para sejarawan, mereka mengumpulkan semua yang dibutuhkan
agar penceritaan kisahnya sama,
setidaknya mendekati peristiwa aslinya.
Langkah kedua adalah melakukan
kritik terhadap Sumber sejarah yang ditemukan .
Tidak semua data sejarah yang ditemukan , diambil sebagai bukti sejarah,
tetapi sumber yang ditemukan harus lulus dari kritik ekstern, dan
kritik intern . Kritik ekstern adalah untuk memeriksa
dokumen atau benda sejarah yang ditemukan asli atau palsu masih utuh,
atau sudah tidak utuh lagi, atau sudah diubah – ubah., palsu atau asli.. Sebuah data yang ditemukan dan
telah lulus dari kritik ekstern akan dikenakan kritik intern. Kritik intern adalah apakah data sejarah itu
yang dikehendaki atau yang tidak dikehendaki, sesuai tidak dengan masalah yang
dibahas . kritik intern akan
menjadi fakta sejarah yang benar dan dibutuhkan untuk rekontruksi peristiwa sejarah.
Fakta – fakta sejarah yang ditemukan, dihubungkan , dianalisis
keterkaitannya , sehingga melalui proses interpretasi dapat dicapai gambaran sejarah yang sesuai
dengan realitas peristiwannya. Karena
itu, fakta – fakta sejarah yang lengkap , sangat mendukung dan menyempurnakan
kisah yang dibangun. Sehingga siapapun yang membaca kisah sejarahnya seakan melihat film dari kenyataan peristiwa
bersejarah itu terjadi .
Tahap terakhirnya adalah penulisan
sejarah ( historiografi ) itu sendiri oleh penulis. Kelengkapan fakta-fakta sejarah yang didapat
selama proses-proses awal penelitian sejarah menjadi sangat penting untuk
membangun sebuah gambaran peristiwa sejarah yang terjadi. Kepandaian merekonstruksi suatu peristiwa
sejarah menentukan kecakapan dari seorang sejarawan.
Namun, kerap buku sejarah yang
dihasilkan para sejarawan membuat bingung para pembaca sejarah. Suatu peristiwa sering dicatat dalam buku
sejarah, tetapi gambaran yang dihasilkan tidak sama, berbeda versi. Akibat dari
beragam versi ini ada yang menganggap sejarah itu bohong.Sejarah itu bohong
Menurut Nugroho notosusanto,
lahirnya bentuk –bentuk sejarah dalam berbagai versi tidak lepas dari sikap subjective penulis
sejarahnya., kedua karena prasangka kelompok, ketiga teori –teori interpretasi
sejarah yang berbeda bahkan bertentangan, keempat, konflik-konflik filsafat yang mendasarinya.
Disisi lain, kelengkapan data
berupa berbagai benda sejarah, dokumen – dokumen tertulis, berbagai foto, film,
klise, maupun cerita kesaksian para pelaku sangat penting keberadaannya, dan turut menentukan gambaran sejarah yang
terjadi. Sumber sejarah berupa para
pelaku turut menentukan fakta yang terbentuk.
Para pelaku sejarah yang sudah tua, pikun atau beda persepsi kerap tidak
menghadirkan fakta yang cukup, ketidak cukupan fakta sejarah ini berimbas pada
bentuk sejarah yang dihasilkan.Kalau faktanya kurang , cerita yang dibangun
menjadi memiliki bagian yang hilang, akan menimbulkan gambaran peristriwa
sejarah yang terputus dan tak lengkap.
Karena itu, ketika sejarah yang
dibangun dan diceritakan bersumber dari data-data, fakta-fakta sejarah yang
kurang sumber sejarahnya, akan membentuk suatu versi sejarah . Sehingga, bila para sejarawan menulis kisah
sejarah tetapi data – data, fakta-
fakta yang dikumpulkan berbeda, tidak lengkap , dari pelaku sejarah yang
berbeda, apalagi dari masa yang
berbeda maka kisah sejarah yang
dibangunpun akan berbeda, dan yang lebih
menyedihkan ketika subjektivitasnya sangat kuat, atau kepentingan idiologinya
sangat dalam . maka yang muncul adalah
sejarah versi idiologi atau kepentingannya. Inilah penyebab muncul banyak versi
sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sayyid quthub.
Konsepsi sejarah dalam islam.
Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya.1992
2.
William Kelleher storey. Menulis Sejarah, panduan untuk mahasiswa.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011
3.
Nugroho Notosusanto. Masalah penelitian sejarah kontemporer. Jakarta: Intoi Idayu Press, 1984.,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar