Latar belakang sejarah:
Jazirah Arab pra Islam digambarkan
dalam buku-buku sejarah sebagai bangsa yang sangat tradisional, maskulin, bodoh, polytheistic, tersekat dalam pertarungan
antar kabilah yang tak berkesudahan ditengah kondisi alam yang gersang.
Namun, ditengah padang pasir
jazirah Arab, banyak temukan oase oase
yang menyegarkan para pengembara
yang kehausan. Dan ditengah kegersangan
alam jazirah Arab terdapat oase system sosial politik, ekonomi bahkan religious masyarakat jazirah Arabia,
yaitu kota Mekkah
yang dapat menjadi sumber pembelajaran bagi ummat Islam Indonesia.
Mekkah diperintah dengan system politik feodal yang dipimpin Bani Hasyim. Dengan system sosial berdasar persaudaraan
kabilah, dan system ekonomi perdagangan dengan
tenaga kerja berbasis perbudakan menjadikan Mekkah sebagai kota
perdagangan transit yang ramai.
Namun, kehidupan religi
masyarakatnya sangat polytheistik.
Kebobrokan system sosial, politik
dan ekonomi serta religinya menjadikan dasar diturunkan dan diangkatnya seorang
Nabi dari kalangan mereka, Muhammad saw, untuk membangun masyarakat lurus
dijalan Allah dan pelembagaan nilai dan norma Allah swt kedalam kehidupan
masyarakat Arab jahiliyah untuk selanjutnya menyebar keseluruh penjuru dunia,
hingga hari akhir.
Misi Kenabian
Nabi Muhammad saw
mentransformasikan system sosial, ekonomi, politik dan religi masyarakat
Jazirah Arabia kedalam masyarakat baru yang islami, bertauhid, dengan system
sosial egaliter dan system politik yang berbasis kesalehan, persaudaraan iman, pengalaman,
dan dukungan ummat .
Ketika Nabi Muhammad saw ,
menyatakan tujuannya untuk memuliakan manusia, maka sebuah transformasi
berfikir, transformasi sosial, transformasi keimanan , transformasi system
sosial politik, ekonomi, cultural sedang diproyeksikan kedalam pola hidup
manusia.
Turunnya ayat-ayat Alqur’an
selama masa keNabian dan memberikan petunjuk, pelajaran, peringatan kabar
gembira, sehingga memecahkan permasalahan yang dihadapi manusia, membentuk dan memperkuat sisi kemanusiaan manusia sebagai mahkluk fisik yang terpengaruh hokum alam dan
sosial dan makhluk roh yang secara kodrati harus kembali ke Illahi pencipta
alam semesta,
Transformasi Kenabian :
Dari sisi bangsa Arab pada waktu
itu, transformasi ini sangat penting, karena dunia Arab dihadapkan pada dua kebudayaan
kuat, yaitu kebudayaan Romawi yang bercorak nasrani dan Persia yang berbasis
majusi dan dikejauhan budaya India dengan kultur Hindu yang kuat serta peradaban China yang berbasis budhisme yang siap dengan
gerakan ekspansinya.
Hubungan- hubungan sosial yang
dirintis para pedagang lintas pdang pasir, lintas samudra dan lintas benua
menumbuhkan pertemuan budaya ,walau terkadang memunculkan benturan budaya,
stereotife, stigma, chauvinism, etnosentrisme yang memunculkan sekat bahkan
konflik berdarah.
Transformasi dari nilai-nilai
Arab Jahiliyah ke Arab Islam berbasis Alqur’an dan Sunnah Nabi, memberi energy
baru pada semua komponen dari system kehidupan bangsa Arab, bahkan dunia. Memberi perspektif baru dalam melihat dan merealitas
dialam semesta, yang benar, lurus, adil berbasis ketundukan kepada Maha
Pencipta Alam Semesta, ALLAH swt.
Nilai – nilai Islam yang
ditawarkan Nabi Muhammad saw bersumber dari Al Quran dan AlQur’an di ciptakan
oleh Allah swt, sebagai petunjuk kejalan lurus, sebagai pelajaran, sebagai
peringatan, sebagai suatu system yang mentransformasikan pemeluknya kedalam
masyarakat global yang pluralis tetapi berTauhid, lurus meng –esa-kan
Allah swt , lurus didalam mentaati system nilai dan norma Allah swt.
Karena itu, Islam yang dibawa
Nabi Muhammad SAW, mentransformasikan pola hidup yang tradisional, jahiliyah dengan
system nilai dan norma yang despotik kedalam system islam dengan nilai dan normanya yang rasional,
humanis, memuliakan manusia, adil dan berdimensi cerdas untuk kehidupan didunia
dan akherat sesuai versi kehidupan sang Pencipta, Alllah swt .
Di Era globalisasi kini ,
globalisasi banyak memberi keuntungan berupa kemudahan komunikasi dan
transfortasi yang memungkinkan terjadinya
mobilitas manusia , informasi dan barang dalam jumlah yang massif,
sehingga memunculkan gelombang
pembangunan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat diberbagai belahan
pelosok dunia.
Namun, pola berfikir yang tidak
cerdas dalam memahami makna perubahan sosial, politik, ekonomi, teknologi,
serta kebudayaan system nilai dan norma yang berkembang akibat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi telah
menciptakan pola hidup yang salah , pola berfikir yang salah dan menjadi penyakit
masyarakat modern yang sulit diperbaiki. Gaya hidup konsumtif, hedonistic, free sex dan gaya hidup materialistic ,
alkoholik, sekuleristik , egoistic, liberalistik serta multikulturalismenya seakan
akan menjadi trend zaman yang tak berkesudahan dengan pelaku yang terus bertambah
menjadi deskripsi kehidupan manusia modern.
Bila nabi Muhammad berhadapan
dengan kaum jahiliyah yang menpertahankan hegemoni politik , ekonomi, sosialnya
atau tradisi nenek moyangnya, era modern kini, ummat Islam yang lurus dijalan
Allah swt berhadapan dengan Kelompok neoliberalis ini berusaha menghancurkan system
nilai dan norma islami, menghancurkan kearipan local (local wisdom ) dan
kearifan nasional suatu bangsa dan berusaha membangunan tatanan sosial yang
sangat liberalistic , egoistic, atheistic
.
Kaum liberalis, meracuni masyarakat secara
massif melalui berbagai level dan bidang
kehidupan masyarakat dengan kemasan yang sangat menarik melalui media TV, Radio,
Internet dan acara-acara live, pagi, siang, sore dan malam hari.
Kecerdasaran yang sangat merusak yang
mereka bangun, tidak disadari oleh
kebanyakan ummat Islam, baik oleh yang tergolong generasi tua maupun generasi muda Islam. Dampak terburuknya, banyak generasi muda
islam yang tidak saja lupa terhadap berbagai kearifan local, tetapi juga lupa
kearifan yang dibentuk oleh ide dan praxis
serta proyeksi model hidup Al Qur’an yang disampaikan oleh para orang
tua, para ustadz, guru, kyai,
ulama-ulama besar dan kaum intelektual islam lainnya.
Dan yang lebih parah, banyak
orang mengaku Islam secara tidak sadar
atau sadar , yang menjadi penggerak , pengemas, dan pelaku penghancuran pola
pikir dan pola perilaku generasi muda islam yang berbasis nilai dan norma
Alqur’an tersebut.
Karena itu, Maulid nabi kini
harus ditransformasikan kedalam perlawanan terhadap pola hidup sekuler,
materialistic, atheistik selama
ini memang massif, kekembali system nilai dan norma Alqur”an melalui pola hidup
yang sesuai dan lurus dengan nilai dan norma Alquran, seraya terus
mensosialisasikan dan melembagakan
nilai-nilai dan norma- norma Alqur’an kedalam berbagai lembaga masyarakat
maupun pemerintahan.
Tantangan
Selama ini , proses transformasi
kenilai-nilai Islam hanya dilakukan oleh
segelintir ummat, orang-orang islam yang sadar akan ajaran agamanya dan kritis
terhadap berbagai pemikiran diluar islam, tetapi mereka belum mampu
membangunnya kedalam system kemasyarakatan, kedalam system pemerintahan, yaitu dimana
nilai dan norma Alqur’an terlembaga kedalam konstitusi, undang-undang,
peraturan dll.
Memang disamping kondisi
masyarakat yang plural, pembangunan kader-kader pemimpin umat diberbagai bidang
kehidupan juga menjadi kendala, belum tegak dan melembaganya nilai dan norma islam, menunjukkan kreativitas
kemasan yang tidak menarik , inovasi
kemasan yang terbatas , serta kekurang mampuan memahami segmen masyarakat ,
kaderisasi kepemimpinan ummat yang terlambat dan political will para
elit islam yang belum berjalan maksimal.
Dampak lanjutannya , ummat
seperti tak mampu untuk menolak pelukan
sekulerisme, liberalism , atheism yang ditampilkan dalam kemasan akademis
maupun dalam kemasan media sosial, opini-opini media massa sekuler maupun
tayangan cultural yang dikemas demikian apik oleh para pendukungnya.
Yang paling parah , ketika para
pemimpin dan pemikir ummat, tidak mampu membaca design ideologis, disains
cultural, dan manajemennya baik kedalam system politik, system ekonomi, system
budaya, system sosial, system pendidikan yang dikembangkan para pendukung
ideology sekuler, atheis dan liberalistic.
Karena itu, kita memaknai maulid
Nabi Muhammad sebagai proses kembali ke Islam, kembali ke Al Qur’an, kembali ke system nilai dan norma Allah swt. Pada akhirnya menjadi tugas semua muslim yang
mumin, untuk mensosialisasikan, mengajarkan, memberi tauladan dan mencerdaskan
ummat, hingga ummat islam menjadi lebih
taqwa dan cerdas, konsisten dengan nilai dan norma Islam, disisi lain mampu menihilkan gelombang arus sekulerisme,
materialism, budaya liberalis atheistic
dalam berbagai bentuk, bidang dan segmennya, yang datang dari berbagai pendukung setianya.
Sehingga, Negara dan masyarakat Indonesia yang cerdas, sholeh, sejahtera dapat
diwujudkan.
Sumber Pustaka :
1. Ridwan Asy Syirbaany.
Membentuk pribadi lebih Islami.
Jakarta : PT Inti media Cipta nusantara, no. ISBN 979-97290-0-9
2. Margaret m Paloma.
Sosiologi Kontemporer. Jakarta :
Raja Grafindo Persada. 1999.
3. Karen Amstrong.
Muhammad Sang Nabi. Surabaya:
Risalah Gusti, 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar