Senin, 23 November 2015

Sejarah Kerajaan Singosari

Learning history for all people
Figur Ken Arok dalam sejarah Kerajaan Singosari memegang peranan kunci.  Karena, Ken Arok pendiri dan peletak dasar system pemerintahan Singasari, disamping seorang tokoh flamboyant juga ahli politik dizamannya, yang pemerintahannya penuh siasat dan berdarah - darah.  Sehingga, menjadi pelajaran penting bagi siapapun yang ingin belajar ilmu politik.
Menduduki jabatan penting sebagai  pengganti Tunggul Ametung seorang Bupati Tumapel, memberi perspektif baru pada cara berfikirnya.  Ia tidak memandang dalam dunia local sebagai bawahan, tetapi ia berfikir secara nasional dan berusaha menjadi pemimpinnya, tetapi cara bagaimana mendapat dukungan politik ia melakukan pendekatan kerakyatnya dan dengan cerdik ia mendekati para  Bhiksu pelarian dari Kediri yang tak mau dibawah kekuasaan Kertajaya yang memerintah dengan sewenang-wenang.
Bila merebut kekuasaan dari Tunggul Ametung dengan menggunakan Kebo Ijo sebagai korban fitnahnya, ia menggunakan dukungan politik para Bhiksu terhadapnya untuk meraih dukungan rakyat dan dukungan politik dari kaum Bhiksu dan Rakyat ia gunakan untuk melawan Kertajaya.
Dukungan kuat karena pendekatannya yang bagus kerakyat yang dipimpinnya, ketentaranya, kepara Bhiksu yang dilindunginya membuatnya berhasil menaklukkan Raja kertajaya yang kehilangan dukungan rakyat dan para Bhiksu dalam perang di daerah Ganter 1222.
Setelah berhasil mengalahkan kerajaan Kediri yang diperintah Kertajaya. Kertajaya atau sering disebut Dandanggendis menurut sebuah sumber adalah ayah biologis dari Ken Arok. Ken Arok tidak mendirikan atau menduduki Istana Kediri.  Ia lebih suka mendirikan Kerajaan baru yang ia namai Singosari . Ia memberi identitas dirinya sebagai sebagai pendiri Dinasti  Giridrawardhana. Ia mengambil gelar Sri Rangga Rajasa Sang Amurwhabumi.
Namun, kisah cintanya dengan Ken Dedes yang  sedang mengandung tiga bulan  dan masih berstatus  istri muda Tunggul Ametung serta jejaknya sebagai actor intelektual pembunuhan Tunggul Ametung membawanya kedalam kematian.  Ia dibunuh oleh anak Tunggul Ametung , Anusapati, yang menyadari ayahnya di bunuh Ken Arok.  Anusapati menjadi Raja kedua Kerajaan Singosari menggantikan Ken Arok.
Anusapati sendiri akhirnya dibunuh oleh anak tertua Ken Arok dari Istri pertamanya Ken Umang, Panji Toh jaya pada tahun 1248 masehi,  saat ia sedang menyambung ayam.  Tetapi, Panji Toh Jaya hanya beberapa bulan menjadi raja ketiga Singosari, karena, Ranggawuni anak Anusapati membuatnya terluka  parah dan membuatnya lari ke Pasuruan, dan meninggal di Pasuruan.
Ranggawuni menjadi raja ke empat Singosari dan bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana. Ia memerintah didampingi oleh cucu ken Arok , Mahisa Campaka, dari perkawinan Ken Arok dengan Ken Dedes,  atau anak Mahisa Wongateleng.  Gabungan kekuasaan antara keturunan Ken Arok – Ken Dedes dengan Ken Dedes – Tunggul Ametung, membuat Singsari menjadi damaidan tentram.  Kisruh Politik berakhir.
Ranggawuni atau Sri Jaya Wisnuwardhana digantikan anaknya Kertanegara yang memiliki pemikiran lebih maju.  Ia seorang internasionalis.  Ia berfikir bagaimana menyatukan wilayah Nusantara dibawah panji Singosari dan menguasai perdagangan diwilayah Nusantara serta mengeliminir kekuatan ekspansif Kerajaan Sriwijaya dan Mongol China yang agresif memperluas wilayah ke Asia Tenggara, termasuk ke Nusantara.
Disisi lain, Kertanegara ingin Kerajaan kuat didalam, tidak ada konflik politik dan focus melaksanakan pembangunan.  Karena itu, ia menghancurkan pemberonatakan  Bhayaraja 1270 dan Mahisa Rengkah 1280. Serta mendorong perkawinan politik antara putrinya dengan putra dari Mahisa Wongateleng serta putri lainnya dengan anak Jayakatwang Raja Kediri yang menjadi kerajaan vassal Singosari.
Ia mengirim pasukan besar ke daerah Sumatera dan Kalimantan dalam mengurangi kekuatan Sriwijaya dan membendung serangan dari Kekaisaran Mongol dan menjalin hubungan erat dengan kerajaan Champa dalam rangka menghadapi invasi pasukan Mongol.
Pengiriman pasukan besar keluar wilayah membuat pertahanan di Kerajaan Singosari menjadi lemah.  Jayakatwang yang ingin membangkitkan Kerajaan Kediri memanfaatkan situasi ini dengan melakukan pemberontakan ke Kertanegara dan Kertanegarapun terbunuh, sementara pasukan pengawalnya yang  memihak dirinya tak berdaya dan sebagian bisa melarikan diri dengan menantunya R. Wijaya dan akhirnya melarikan diri ke Madura.
Dibawah perlindungan Aria Wiraraja yang  asalnya elit politik Kediri, R. Wijaya menyatakan tunduk, setia dan mengabdi ke  Jayakatwang .  Jayakatwang tak bisa menolak jaminan politik Aria Wiraraja. Dan karena itu, Jayakatwang menyerahkan tanah di Delta Sungai Brantas untuk tempat tinggal R. Wijaya keluarga dan pengikutnya, yang kemudian diberi  nama Majapahit.
Ketika pasukan Mongol datang dan mendarat di Tuban dan Sedayu dengan tujuan menyerbu dan menaklukan Jawa dan secara khusus akan menghukum Kertanegara yang sudah memotong hidung dan telingan serta  melukai wajah utusan Kekaisaran Mongol, Raden Wijaya dan pendukungnya mendekati dan melakukan negosiasi politik dan membantu pasukan Mongol menghancurkan Raja Kerajaan Singasari, Kertanegara. Dalam konteks ini, R. Wijaya memanfaatkan ketidak tahuan pasukan Mongol terhadap perubahan politik di Singosari. Dan memanfaatkan mereka untuk menghancurkan Jayakatwang.  Pasukan Jayakatwang yang tak seberapa banyak tak berdaya menghadapi serbuan ribuan pasukan Mongol yang terlatih perang.  Jayakatwang dan Ardaraja anaknya tewas ditangan pasukan Mongol, di markas pasukan Mongol di Hujung Galuh.

Ketika pasukan Tartar berhasil mengalahkan Jayakatwang atau menaklukan Jawa, pasukan R. Wijaya berbalik menyerang pasukan Mongol hingga 3000 pasukan Mongol tewas dan sisanya pulang kenegaranya.  Kerajaan Singasari – Kediri berakhir dan dimulainya kerajaan Majapahit.

Tidak ada komentar:

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock, tonton sebab , petisi ini berisi keinginan bangsa Indonesia untuk memiliki parlemen pemerintaha...