Jumat, 13 Februari 2015

TRANSISI PEMERINTAHAN DARI ORDE LAMA KE ORDE BARU

Artikel : TRANSISI PEMERINTAHAN DARI DEMOKRASI TERPIMPIN KE ORDE BARU Tersingkirnya partai Masyumi, Partai Sosialis Indonesia , dan partai Murba yang kritis terhadap pemerintahan demokrasi terpimpin, memberi peluang PKI menjalankan strategi politiknya dan mendominasikan peran politiknya dalam pemerintahan demokrasi terpimpin . Kondisi tersebut , memberi peluang besar bagi PKI untuk merebut kekuasaan . Karena itu, PKI mengusulkan dibentuknya angkatan ke v yaitu buruh dan petani yang dipersenjatai. PKI berusaha menata politik untuk merebut kekuasaan. Untuk menyingkirkan lawan politik dari kalangan TNI anti PKI, PKI menyebarkan isu Dewn Jendral. Tetapi disisi lain, PKI memberikan pelatihan militer kepada anggotanya dan berusaha merekrut simpatisan dan anggota dari kalangan TNI. Menjelang pelaksanaan 30 september 1965, pimpinan PKI telah beberapa kali mengadakan pertemuan rahasia. Letnan Kolonel Untung sebagai pemimpin gerakan ini, memutuskan dan memerintah kepada seluruh anggota gerakan untuk siap dan mulai bergerak pada dini hari 1 Oktober 1965. Para perwira Angkatan Darat disiksa dan dibunuh, lalu mereka dibawa ke lubang buaya dan dimasukan ke dalam satu sumur tua yang kemudian ditimbun dengan sampah dan tanah. Tujuh korban dari TNI-Angkatan Darat tsb adalah : Letnan Jend. A. Yani, Mayor Jend. Haryono Mas Tirtodarmo, Mayor Jend. R. Soeprapto, Mayor Jend. Suwondo Parman, Brigadir Jend. Donald Izacus Panjaitan, Brigadir Jend. Soetojo Siswomiharjo, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean. PENUMPASAN G30S/PKI, Operasi militer dilakukan Letjen Soeharto dengan mengerahkan pasukan RPKAD yang lebih steril dari unsure PKI. Penumpasan Gerakan 30S/PKI mulai dilakukan sore hari, 1 Oktober 1965 pukul 19.45 wib. Pada hari itu, kota Jakarta berhasil dikuasai kembali oleh ABRI dan kekuatan G30S/PKI yang memberontak berhasil dilumpuhkan. Pada 3 Oktober 1965 ditemukan jenazah para perwira tinggi yang dikubur di sumur tua. 4 Okober 1965 pengangkatan jenazah berhasil dilakukan oleh anggota RPKAD dan KKOAL (marinir). 5 Oktober 1965 jenazah para perwira tinggi Angkatan daratdi makamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Di Jakarta, mahasiswa dan rakyat yang tergabung dalam KAMI dan KAPPI , KASI, dan pada tanggal 12 Januari 1966 menamakan diri sebagai front Pancasila menyerukan suatu tuntutan kepada pemerintah yang dikenal dengan Tritura ( Tiga Tuntutan Rakyat ) yaitu membubarkan PKI dan ORMASnya, Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur PKI, dan menurunkan harga-harga barang. Menanggapi aksi para mahasiswa dan untuk membahas perkembangan yang cepat berubah, pemerintah mengadakan rapat Kabinet Dwikora tanggal 15 Januari 1966, para mahasiswa berusaha menggagalkan rapat ini . Tetapi, Demo mahasiswa dianggap pemerintah didalangi oleh CIA ( agen rahasia AS ). Namun, demonstrasi makin meluas dan melibatkan lebih banyak rakyat. Pemerintahan Soekarno melakukan perombakan cabinet dan disebut cabinet 100 mentri. Tetapi , karena masih melibatkan figure-figur yang berlatar belakang PKI, tidak memuaskan rakyat . Demonstrasi menentang rezim pemerintahan Soekarno makin meluas. Suasana makin tegang ketika pasukan bersenjata tak berseragam dibawah pimpinan Kemal Idris berada disekitar Istana. Kondisi yang genting diluar istana membuat Brigjen Sobur memindahkan Soekarno ke Istana Bogor. Brigjen Basuki Rahmat, Brigjen M Yusup dan Brigjen Amir Mahmud menyusul ke Istana Bogor dan berunding dengan Ir Soekarno yang menghasilkan Supersemar. Letjen Soeharto yang mendapat mandate supersemar, menggunakan 2 opsi untuk menghancurkan PKI, pertama melakukan operasi militer, kedua, penegakan hokum pengadilan. PEMULIHAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN, Dalam rangka penyelesaian masalah G30S/PKI digariskan beberapa kebijakan, diantaranya aspek politik diselesaikan oleh presiden, aspek militer administratif diserahkan pada Mayor Jend. Pranoto, serta penyelesaian aspek militer teknis, masalah keamanan dan ketertiban diserahkan kepada Mayor Jend. Soeharto. PENUMPASAN G30S/PKI DI JAWA TENGAH & YOGYAKARTA, 1. Di Semarang, 2 Oktober 1965 , pasukan TNI Magelang berhasil merebut kembeli markas besar G30S/PKI di Semarang, Jawa Tengah 2. Di Salatiga, 4 Oktober 1965 Tentara yang anti G30S/PKI berhasil merebut kembali salatiga 3. Di Magelang, merupakan tempat akademi militer, yang merupakan kelompok antikomunis dan menjadi basis untuk merebut kembali kota Semarang dari tangan pendukung G30S/PKI pada2 Oktober 4. Di Yogyakarta, kudeta berhasil digagalkan pada 4 Oktober 1965 oleh kekuasaan yang anti G30S/PKI 5. Di Surakarta, pasukan yang antikudeta merebut dan mengembalikan kota pada 4 Oktober 1965 Kesimpulan : Krisis peruntuh Demokrasi Terpimpin : 1. Pemerintahan dikuasai PKI 2. Krisis ekonomi dengan inflasi 650% 3. Pemerintah daerah makin tidak puas terhadap pemerintah pusat 4. Rakyat makin tidak percaya ke pemerintahan Soekarno 5. Terjadinya G 30 S PKI

Senin, 09 Februari 2015

Pemerintahan Demokrasi Liberal Parlementer

Artikel : Sistem demokrasi liberal : adalah system pemerintahan dengan mengijinkan berdirinya banyak partai pilitik dan Presiden beserta kabinetnya bertanggungjawab terhadap DPR. Sistem demokrasi Liberal ini merupakan penerapan dari UUDS 1950. Latar belakang : 1. Hasil KMB Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia 2. Pemerintahan RIS dibubarkan diganti NKRI 3. UUD RIS diganti UUDS 1950 yang menekankan pemerintahan Demokrasi liberal 4. Keinginan untuk menciptakan pemerintahan yang demokratis Pemerintahan PM Mohammad Natsir ( Partai Masyumi yang berkoalisi dengan partai PNI dan NU ) Masalah yang dihadapi Kabinet Natsir : 1. Irian barat belum kembali ke NKRI 2. Kekuatan ekonomi RI lemah 3. Angkatan bersenjata RI lemah 4. Rakyat hidup dalam kebodohan dan kemiskinan 5. Persatuan bangsa belum kuat Kabinet Natsir jatuh karena adanya tuntutan supaya DPRD – DPRD yang dibentuk berdasar Peraturan Pemerintah no. 39 Tahun 1950 tentang system pemilihan anggota DPRD dibekukan dan PP no 39 Tahun 1950 tersebut dicabut. Tuntutan ini disampaikan oleh S. Hadikusumo dari PNI didukung partai PIR, Parindra dan Partai Kristen Indonesia. Didalam partai Masyumi sendiri, kebijakan politik PM Natsir tidak didukung oleh kelompok Soekiman baik karena PP, tersebut maupun mengenai perpajakan dan pengembalian Irian Barat.. Pemerintahan Soekiman Wirdjosanjojo ( Partai Masyumi ) dan Soewirjo ( PNI ). Masalah yang dihadapi Kabinet Soekiman Wirjosandjojo : 1. Irian barat belum kembali ke NKRI 2. Kekuatan ekonomi RI lemah 3. Angkatan bersenjata RI lemah 4. Rakyat hidup dalam kebodohan dan kemiskinan 5. Persatuan bangsa belum kuat 6. Mentri dalam negeri Ishak membekukan anggota DPRD yang dibentuk zaman Natsir dan mengangkat Gubernur dari partai PNI 7. Menlu Soebardjo menandatangani Mutual Security Act 1951 dengan Duber AS di Jakarta Kabinet Soekiman jatuh karena mosi tidak percaya yang diajukan oleh Soenarjo ( PNI ) dan didukung Muhammad Natsir , pimpinan partai Masyumi. Pemerintahan Wilopo ( Partai PNI ). Masalah yang dihadapi Kabinet Wilopo : 1. Rakyat hidup dalam kebodohan dan kemiskinan 2. Persatuan bangsa belum kuat 3. Konflik politik makin tajam baik dikalangan elit maupun dikalangan rakyat 4. Sengketa tanah perkebunan 5. Keinginan mengadakan pemilu Jatuhnya cabinet Wilopo ( 2 Juni 1953 ), karena peristiwa Tanjong Morawa yaitu sengketa tanah perkebunan milik Deli Planters Vereniging yang pemiliknya orang Belanda tetapi perkebunannya diduduki oleh penduduk pribumi, yang mengakibatkan tewasnya 4 cina dan 1 Indonesia. Mosi tidak percaya ditujukan ke Mentri dalam negeri dan mosi diajukan oleh Sidik Kertapati dari Sarekat Tani Indonesia. Sidik Kertapati ingin agar pengembalian tanah perkebunan kepemilik aslinya dibatalkan. Pemerintahan Ali sastroamidjoyo Kabinet ini didukung oleh PNI, PIR, NU, PRN, Parindra, Partai buruh, PSII, Perti ( Masyumi dan PSI menjadi partai oposisi ). Masalah yang dihadapi cabinet Ali Sastroamidjojo I : 1. Rakyat hidup dalam kebodohan dan kemiskinan 2. Persatuan bangsa belum kuat 3. Konflik politik makin tajam baik dikalangan elit maupun dikalangan rakyat 4. Potensi sumber daya alam Indonesia belum tergarap Pemerintahan Burhanudin Harahap Keberhasilan Kabinet Burhanudin Harahap : 1. Mengadakan pemilu untuk memilih anggota DPR/MPR dan anggota Konstituante 2. Berhasil melakukan swasembada beras 3. Berhasil mengadakan KAA Pemerintahan Ali Sastroamidjoyo II 1. Rakyat hidup dalam kebodohan dan kemiskinan 2. Persatuan bangsa belum kuat 3. Konflik politik makin tajam baik dikalangan elit maupun dikalangan rakyat 4. Berkembangnya gerakan separatis 5. Ketidakpuasan daerah makin kuat terhadap pemerintah pusat 6. Kembalinya Soekarno berpolitik praktis Pemerintahan Djuanda 1. Rakyat hidup dalam kebodohan dan kemiskinan 2. Persatuan bangsa belum kuat 3. Konflik politik makin tajam baik dikalangan elit maupun dikalangan rakyat 4. Ketidakpuasan daerah makin kuat terhadap pemerintah pusat 5. Peran politik PKI kian kuat dipemerintahan 6. Posisi politik Soekarno makin kuat setelah keluarnya dekrit Presiden 5 Juli 1959 7. Indonesia makin dekat ke Blok Komunis Pemilu 1955 diharapkan menjadi awal tatanan pemerintahan Republik Indonesia modern yang jauh dari konflik kepentingan partai dan konflik ideology antar partai dan awal dimulainya pembangunan ekonomi rakyat diberbagai sector. Tetapi, yang terjadi tidak ada partai pemenang pemilu. Perbedaan perolehan kursi DPR/MPR sangat tipis. PNI dengan Masyumi memperoleh jumlah kursi yang sama. Untuk mengatasi kebuntuan politik Presiden Soekarno mengusulkan dibentuknya cabinet kaki empat yang terdiri dari PNI, Masyumi, NU dan PKI. Namun, usulan ini dotolak partai Masyumi yang ideologinya sangat bertentangan dengan PKI. PKI anti agama, sementara Masyumi berbasis ideology Islam yang justru sangat mendukung nilai-nilai agama baik dalam bermasyarakat maupun dalam bernegara. Pertentangan ini menjadikan kehidupan politik di Indonesia bertambah sengit. Soekarno cenderung menjadi dekat dengan PKI dan PNI serta NU, Sementara partai Masyumi menjadi dekat dengan PSI dan Murba dan para elit militer daerah. Konflik Masyumi dengan Presiden Soekrno yang didukung PNI, PKI menjadi tambah kuat ketika dalam siding-sidang Konstituante terjadi pertentangan mengenai pasal-pasal UUD yang baru. Yaitu pertentangan antara pendukung ideology Islam dengan ideology Nasakom. Sehingga, penyusunan UUD yang baru terbengkalai akibat pertentangan ideology yang parah. Dekrit 5 Juli 1959 Latar belakang : a. Kegagalan konstituante dalam menyusun UUD yang baru b. Konflik yang kian tajam antara partai Islam Masyumi, PSI, Murba dengan PKI c. Memecah kebuntuan politik d. Pertentangan antara pemerintahan pusat dengan daerah e. Kegagalan konstituante menyusun UUD yang baru f. Penentangan partai Masyumi, PSI, Murba terhadap konsep Demokrasi Terpimpin g. Keinginan Soekarno untuk memerintah secara langsung ( sebagai kepala pemerintahan ) Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 1. Pembubaran Konstituante 2. Berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950 3. Pembentukan MPRS dan DPAS

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock, tonton sebab , petisi ini berisi keinginan bangsa Indonesia untuk memiliki parlemen pemerintaha...