Learning history for all people
Perbudakan di benua Amerika
Penemuan benua Amerika menjadi jalan
keluar memecahkan konflik keagamaan antara penganut Katolik dengan
Protestan. Para minoritas tertindas
berbondong-bondong kebenua Amerika dengan harapan hidup baru yang makmur dan
lepas dari tekanan karena pandangan keagamaan yang berbeda serta bebas dari
dari feodalisme yang membekukan akal kemanusiaan
.
.
Namun, sejak awal migrasi penduduk
Eropa menjadi malapetaka bagi penduduk asli Amerika, suku Indian dari Amerika
bagian utara hingga Amerika bagian selatan.
Bahkan, penduduk benua Afrika juga ikut kena getahnya, mereka dirampas
kehidupannya, dari keluarganya sejak ditanah kelahirannya, tanah Afrika. Mereka dibawa dengan kapal-kapal kumuh,
dirantai seperti hewan, diperlakukan tidak manusiawi lalu dijual kepara tuan
tanah yang juga sangat bengis.
Bila para penduduk asli banyak
terbunuh karena disingkirkan oleh nafsu
serakah para pendatang Eropa yang haus kekayaan emas. Untuk mengganti para
budak dari penduduk asli, para
kolonialis berupaya mengeksploitasi kekayaan alam Amerika. Mereka membuka pertambangan , membuka
perkebunan gula. Mereka membutuhkan
tenaga kerja murah meriah, para budak.
Kebutuhan terhadap tenaga budak makin
bertambah seiring bertambah luasnya perkebunan dan pertambangan yang dikelola
para kolonialis Eropa. Banyak para budak ini yang mati, bukan karena penyakit,
tetapi kelelahan karena eksploitasi tenaga mereka yang berlebih ditambah
siksaan berat bila mereka melawan karena membela hak-hak mereka.
Sebaliknya, para penduduk asli
Indian, mereka harus menghadapi kenyataan disingkirkan dari tanah-tanah
mereka. Mereka didesak untuk menjauh dan
masuk kehutan atau ketanah gersang.
Mereka harus menghadapi hidup yang berat. Mereka kehilangan kebudayaan mereka. Mereka diputus dari kekayaan alam berfikir
mereka. Walau sebagian masih bisa bertahan
dan hidup berdampingan, tetapi mereka tanpa sadar direkayasa uuntuk
meninggalkan budaya mereka dan hidup menurut gaya hidup kaum kolonialis.
Gillian Denton. Sejarah Dunia. Jakarta : Erlangga, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar