Selasa, 23 Februari 2016

Sejarah Indonesia : Konflik dibalik Proklamasi !

Learning history for all people
Sejarah Indonesia : Konflik dibalik Proklamasi 17 Agustus1945
Setiap tanggal 17 agustus, setiap tahun, bukan hanya di Istana Negara, dibanyak desa, bahkan banyak RT , mengadakan peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia.  Berbagai cara dan perlombaan diadakan untuk bukan hanya untuk memeriahkan acara, tetapi juga untuk membangun kebersamaan, kekeluargaan, silaturahmi, persatuan diantara warga.
Namun, menengokke masa sebelum prokalamsi kemerdekaan dibacaan, pada beberapa jam, menit dan detik-detik sebelumnya, terangkai peristiwa konflik yang melibatkan banyak golongan, partai dan kepentingan, internal bangsa Indonesia maupun kepentingan asing.
Dalam internal bangsa Indonesia ada kepentingan ideologis pendukung komunis yang diwakili Wikana, Chaerul Saleh, Amir Sjarifudin, Tan Malaka, dikalangan Sosialisada Sutan Sjahrir, dikalangan Nasionalis sekuler ada Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta. Dikalangan Islam ada Mr. Kasman Singodimedjo, Abdul Kahar Moezakir.  Pihak Jepang, ada Kumakichi Harada, dengan politik mendorong ummat Islam anti Belanda tetapi melakukan depolitisasi Islam.  Belanda dengan strategi kembali menjajah Indonesia.


Dari berbagai kepentingan, konflik ulama dengan tujuan politik merdeka berdasar islam dengan kaum komunis yang ingin  mendirikan Negara komunis di Indonesia serta kaum nasionalis sekuler yang ingin Indonesia merdeka tetapi berfaham sekuler.
Strategi politik ulama adalah melakukan protes social terhadap berbagai perilaku pemerintahan pendudukan Jepang yang menyiksa rakyat dengan Romusya, Upacara Seikirei, merampas hasil panen. Seperti  pemberontakan rakyat yang dipimpin para Kyai Di Lohbener, Indramayu,  30 Juli 1944, di Singaparna yang dipimpin KH. Zaenal Mustopa 18 Pebruari 1944, termasuk mendesak Jepang membentuk tentara cadangan dari penduduk pribumi dan Islam.
Strategi politik kaum komunis dan sosialis berusaha merdeka secapat mungkin dan menduduki jabatan-jabatan strategis di pemerintahan Indonesia yang baru berdiri dan melemahkan posisi dan kekuatan politik anti komunis.
Kaum Nasionalis sekuler mencoba memanfaatkan setiap momen politik untuk melakukan deislamisasi dan mengurangi kekuatan kaum komunis.
Sementara Jepang, menggunakan stretagi mencari dukungan dari ummat Islam untuk perang menghadapi sekutu, tetapi melakukan deislamisasi bila masalah kekuasaan dalam peta politik Indonesia.  Seolah banyak memberi kepada ummat Islam tetapi melemahkan kekuatan politik islam.
Jepang yang kian terdesak dalam perang Asia Pasifik, terlebih setelah jatuhnya Iwojima, membuat situasi politik aman dan berusaha menahan gerakan protes social dan politik ummat Islam Indonesia, dengan cara menjanjikan kemerdekaan kelak dikemudian hari dan menyetujui pembentukan Badan Penyelidik Usaha persiapan kemerdekaan Indonesia,  sambil berharap sekutu mundur dari posisi garis depan medan perang dan tentara pemerintah Jepang dapat memukul mundur pasukan sekutu keluar dari kawasan Asia Pasifik.
Namun, bom atom yang dijatuhkan dikota Hiroshima dan Nagasaki  membuyarkan harapan tentara Jepang di Indonesia dan Asia Tenggara dan menciptakan perubahan politik yang sangat cepat dan membuat Jepang kerepotan melakukan reposisi politiknya di Indonesia.
Sebaliknya, kaum komunis Indonesia, yang dipromotori Wikana dan Chaerul Saleh berusaha mengambil kesempatan memperkuat posisi politiknya dengan cara mendesak Soekarno dan Hatta agar proklamsi kemerdekaan Indonesia segera dilaksanakan, bahkan dengan membawa Soekarno – Hatta ke Rengasdengklok.
Strategi politik menculik Soekarno – Hatta ke Rengasdengklok menimbulkan kegaduhan politik di Jakarta dan membuat elit politik PPKI mengutus Mr. Achmad Soebardjo  yang kelahiran Karawang, membawa Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta dan merumuskan naskah proklamasi di Jakarta.
Bertempat dirumah Laksamana Maeda , naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia disusun oleh Soekarno – Hatta , dan besoknya pada hari jum’at 17 agustus 1945 , prokalamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan Ir. Soekarno tepat pada jam 10.00 .

Sumber :

1.      Ahmad Mansyur Suryanegara. Api Sejarah 2.  Bandung: Salamadani Pustaka Semesta, 2010.

Tidak ada komentar:

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock, tonton sebab , petisi ini berisi keinginan bangsa Indonesia untuk memiliki parlemen pemerintaha...