Learning history for senior high schools
Partai Nasional Indonesia (PNI) merupakan partai
politik tertua di indonesia. Lahirnya
PNI dilatarbelakangi oleh situasi sosio-politik ketika pemerintah colonial Belanda dengan keras menghancurkan pemberontakan
rakyat yang didalangi PKI.
Setelah PKI dinyatakan sebagai partai terlarang
oleh pemerintah akibat pemberontakannya tahun 1926/1927, membangkitkan semangat
baru untuk menyusun kekuatan baru.Dan yang
paling penting adalah kekosongan kekuatan nasional yang harus segera diisi.
Pengambil inisiatif gerakan ini adalah Ir. Soekarno pada tahun 1925 pendiriAlgemeene Studie Club di Bandung. Soekarno dan kawan-kawannya pada
tanggal 4 Juli 1927 di Bandung Pendirian Perserikatan Nasional Indonesia. Rapat pembentukan partai ini
dihadiri oleh Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr.Iskaq
Tjokrohadisurjo, Mr.Budiarto dan Mr. Sunario.
Tujuannya
adalah untuk mencapai Indonesia Merdeka, sedangkan asas berdirinya diatas kaki
sendiri, nonkoperasi, dan marhaenisme. Ketiga asas itu kemudian dipakai sebagai
prinsip PNI. Anggaran dasar organisasi diambil dari cita-cita PI. Ketuanya
dipercayakan kepada Ir. Soekarno.
Dengan berdirinya PNI diharapkan semua rakyat bersatu
dan dapat menjalankan usaha yang sudah dirancang untuk melenyapkan kekuasaan
jajahan dengan cara yang aman. Semua itu akan dicapai dengan berbagai usaha, antara lain :
(1). Usaha
politik, yaitu
dengan cara memperkuat rasa kebangsaan persatuan dan kesatuan, memajukan
pengetahuan sejarah kebangsaan, mempererat kerjasama dengan bangsa-bangsa Asia
dan menumpas segala perintang kemerdekaan dan kehidupan politik. Dalam bidang
politik, PNI berhasil menghimpun organisasi-organisasi pergerakan lainnya
kedalam satu wadah yang disebut Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia.
(2). Usaha ekonomi, yaitu dengan memajukan
perdagangan rakyat, kerajinan atau industri kecil, bank-bank, sekolah-sekolah,
dan terutama koperasi.
(3). Usaha sosial, yaitu dengan memajukan
pengajaran yang bersifat nasional, mengurangi pengangguran, mengangkat derajat
kaum wanita, meningkatkan transmigrasi dan memperbaiki kesehatan rakyat.
Oleh karena itu PNI selalu mengusahakan supaya
bukan hanya terdapat orang-orang yang pandai akan dibidang itu, tetapi banyak
orang-orang yang menjadi anggota dari PNI. Untuk menjadi anggota tidak langsung
diterima begitu saja melainkan harus mengikuti syarat-syarat yang diberikan
oleh ketua-ketua daerah. Bahkan untuk anggota biasa pun juga akan diberikan
latihan-latihan agar mahir sesuai dengan peranannya di PNI. Cita-cita persatuan
yang selalu diimpikan dan ditekankan dalam rapat umum PNI ternyata dalam kurun
waktu yang singkat dapat diwujudkan.
Dalam rapat tanggal 17-18 Desember 1927di
Bandung, PNI, Partai Sarekat Islam, Boedi Oetomo, Pasundan, Soematranenbond,
Kaum Betawi, Indonesisiche Studieclub dan Algeemene Studieclub, sepakat untuk
mendirikan suatu federasi yaitu Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Selanjutnya dalam rapat PNI di Bandung tanggal
24-26 Maret disusunlah azas dan daftar usaha suatu anggaran dasar PNI, yang
kemudian disahkan pada Kongres PNI I di Surabaya pada tanggal 27-30 Mei 1928. Tujuan Kongres adalah untuk mensahkan anggaran dasar, program azas dan rencana kerja
PNI. Selain itu Kongres juga bertujuan untuk memperkenalkan diri lebih jauh
kepada masyarakat dan dihadiri oleh wakil-wakil organisasi pergerakan. Pengaruh
PNI dalam usaha mempersatukan seluruh kekuatan Indonesia dan persatuan
Indonesia tidak hanya dalam organisasi politik saja tetapi juga dalam
pergerakan pemuda. Ada dua macam
tindakan yang dilakukan oleh PNI untuk memperkuat diri dan pengaruhnya di dalam
masyarakat, yaitu: kedalam,
mengadakan usaha-usaha terhadap dan untuk lingkungan sendiri, yaitu mengadakan
kursus-kursus, mendirikan sekolah-sekolah, bank-bank dan sebagainya. Keluar, memperkuat publik opini
terhadap tujuan PNI, antara lain melalui rapat-rapat umum dan menerbitkan surat
kabar Banteng Priangan (di Bandung) dan Persatuan Indonesia (di Jakarta).
Kegiatan PNI yang dengan cepat dapat menarik massa itu, sangat mencemaskan
pemerintah kolonial. Meskipun mendapat peringatan halus dari kolonial
cabang-cabang PNI yang tumbuh diseluruh Indonesia. Tujuh cabang pertama adalah
di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Pekalongan dan Palembang.
Hingga akhir tahun 1929 kandidat anggota PNI berjumlah kira-kira 10.000 orang
diantaranya 6.000 di daerah Priangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar