Senin, 24 Agustus 2015

Sejarah Indonesia : Kerajaan Tarumanegara

Learning Indonesian history for all people
Dalam catatan sejarah Indonesia, pendiri Tarumanegara adalah Jayasingawarman dan beristri Minati Iswari Tungga Pertiwi, putri raja Salakanegara. Di bawah kepemimpinan Jayasinghawarman, Tarumanegara berkembang menjadi kerajaan besar dan berpengaruh dan menjadi kerajaan terkuat di Nusantara semasa Rajadiraja Purnawarman. Setidaknya, Tarumanegara memiliki 46 kerajaan bawahan dan bertahan hingga kekuasaan Raja ke 11 yang bernama Linggawarman.
            Masa kekuassan Linggawarman menjadi titik awal pembentukan dua kerajaan besar di Nusantara, yaitu Sriwijaya dan Mataram. Hal ini terjadi karena Linggawarman mempunyai dua putri, yaitu Manasih yang kawin dengan Tarusbawa anak raja Sunda Sembawa (Bogor), sebuah kerajaan bawahan dari Tarumanegara. Perkawinan Tarusbawa dengan putri mahkota Manasih, lahir Rakyan Sunda Sembada yang memerintah Sundapura (Batujaya) dan putri Rakeyan Sunda Sembada yang bernama Teja Kencana kawin dengan saudara jauhnya, Sanjaya. Sementara anak ke dua, Sobakencana kawin dengan Dapuntahyang Sri Jaya Naga, yang dengan bantuan kekuatan militer Tarumanegara dapat mendirikan kerajaan Sriwijaya.
            Tarusbawa, sebagai menantu Linggawarman, ia mewarisi kekuasaan dan permasalahan yang ditinggalkan Linggawarman, tetapi posisi geografis Sundapura yang rawan banjir, panas, tidak sesejuk tempat tinggal asalnya di kerajaan Sunda Sembawa. Hal ini membuat Tarusbawa memindahkan ibukota kerajaan Tarumanegara dari Sundapura (dibangun oleh Purnawarman) ke daerah Bogor.
            Pemindahan ibukota dari Sundapura ke daerah Bogor oleh Tarusbawa, dengan status hanya seorang mantu keturunan Raja bawahan Tarumanegara, memberikan persepsi dan pandangan politik khusus bagi kerajaan bawahan Tarumanegara lain seperti Galuh yang didirikan oleh anggota keluarga pendiri Tarumanegara. Maka, Galuh yang juga sebuah kerajaan bawahan Tarumanegara yang berlokasi di daerah Ciamis yang di pimpin Wretikandayun (anggota keluarga besar kerajaan Tarumanegara, satu buyut dengan Linggawarman0 memandang secara politik bahwa Sunda Sumbawa dan Galuh sebagai sederajat. Karena itu, Galuh tidak memiliki keharusan untuk tunduk atau menjadi kerajaan bawahan sekaligus memposisikan sederajat, dan berhak memisahkan diri dari Kerajaan Sunda Sumbawa yang berkedudukan di Bogor.
            Usaha Wretikandayun yang memutus kesetiaan kepada Tarumanegara Bogor/Sunda Semawa, didukung secara politik oleh besannya Maharani Shima dari Kerajaan Kalingga (Yogyakata), karena anaknya Wretikandayun yang bernama Mandiminyak kawin dengan anak Maharani Shima yang bernama Parwati. Dan lemahnya kekuasaan politik Sunda Sumbawa sitatar Sunda menyebabkan tak dapat melakukan pencegahan, serta tindkan militer terhadap Galuh yang memisahkan diri.
            Sementara itu, Tarumanegara dirubah menjadi kerajaan bawahan Sunda Sumbawa dan daerah Sundapura tetap dijadikan ibukota pemerintahan Tarumanegara dengan rajanya dipimpin oleh putra mahkota Tarusbawa yang bernama Rakyan Sunda Sembada. Tetapi karena Sunda Sembada meninggalkan seorang putri yang bernama Teja Kencana, Sundapura kehilanga figur pemimpin secakap Purnawarman, yang mampu memecahkan masalah lingkungan alam dan sosial yang di hadaoi rakyatnya. Maka, daerah Sundapura tidak berkembang baik secara ekonomi maupun politik, dan dari sebuah kota yang ramai perlahan-lahan menjadi daerah pertanian.

PERADABAN BARU SUNDAPURA (BATUJAYA)
            Sundapura menjadi hidup kembali setelah datangnya keluarga besar Raja Sana dari Galuh, yang mengungsi ke Sundapura setelah terusir dari Kerajaan Galuh. Datangnya Sana bahkan menciptakan tali kekerabatan trikat kembali, dan dalam konteks garis kekeluargaan keatas hubungan yang menjauh antara Tarusbawa dengan Wretikandayun dapat disatukan kembali, karena Sana datang dengan anaknya, cucu Wretikandayun, Rakeyan Jamri atau Sanjaya anak dari istri Sana yang bernama Sannaha (putri ratu Shima dari Kalingga, Jepara), melalui perkawinan Sanjaya dengan putri Rakeyan Sunda Sembada yang bernama Tejakencana (cucu Tarusbawa). Dari perkawinan Sanjya dengan Sekarkencana melahirkan putra bernama Tamperan Barmawijaya (Rakeyan/yang berkuasa Panaraban).
            Sana, Raja Galuh disingkirkan oleh Purbasora (putra mahkota kerajaan Galunggung), saudara tiri Sana, karena ibunya selingkuh dengan Mandiminyak (Ayah Sana), dimana Purbasora dapat merenut kekuasaan atas takhta Galuh karena mendapat bantuan dari pasukan kerajaan Indraprahasta (daerah Cirebon) yang dipimpin mertuanya, Resi Padmahariwangsa.
            Perkawinan antara Sanjaya dengan Tejakencana membuat keluarga besar Sana semakin kuat secara politik, tidak saja didukung oleh kerajaan Kalingga Utra, kerajaan mertuanya, Sana, tetapi juga oleh kerajaan Sunda Sembada yang membawa citra dan kebesaranTarumanegara, besan sekaligus saudara jauhnya.
            Dalam konteks posisi Sanjaya, Sana telah menempaykan anaknya sebagai penerus kerajaan Tarumanegara Sundapura , sehingga kehilangan tahta Galuh bisa di hibur dengan mendapatkan tahta Tarumanegara Sundapura, bahkan tahta Sunda Sembada.
            Dalam konteks perkawinan Sanjaya dengan Teja Kencana, Sanjaya menjadi raja Tarumanegara dengan ibukota Sundapura, meneruskan kekuasaan mertuanya, Rakeyan Sunda Sembada. Sementara bapaknya, Sana yang telah kehilangan kekuasaan, kembali ke rumah mertuanya, kerajaan Kalingga, dan mendapatkan warisan kekuasaan dari mertuanya yaitu berkuasa sebagai raja di Bhumi Mataram.
            Ketika Sana turun dari jabatannya, ia memanggil Sanjaya untuk menggantikannya berkuasa di Mataram, tanah kelahiran ibu da neneknya. Sanjaya dianggap cakap dan memiliki pengalaman menjadi seorang raja, ia tela memerintah di Sundapura.
            Di kalingga, Sanjaya yang telah menikahi Teja kencana, ia juga menikahi Sudiwara. Sudiwara adalah putri dari Dewa Singa, sepupu ibunya, Raja Kalingga Selatan. Kerajaan Kalingga Selatan adalah pamekaran dari kerajaan Kalingga Utara, sehingga semua bangsawan Kalingga Selatan masih kerbat Sanaha, inu Sanjaya Posisi Sanjaya yang demikian, makin menguatkan pengaruh politik Sana dan Sanjaya.
            Ketika sanjaya menjadi raja di Mataram, menggantikan bapaknya, ia pun dengan mudah menyatukan kekuatan militr dari Sunda Sembada, Tarumanegara Sundapura, Kalingga Utara, Kalingga Selatan untuk menghancurkan kekuatan oposisis, Raja Purbasora di Galuh dan kerajaan-kerajaan pendukung Purbasora yang ada di daerah Cirebon dan Kuningan yang telah lepas dari kekuasaan Tarumanegara untuk dijadikan kerajaan bawahan (vassal) Tarumanegara dalam versi yang lebih besar, Mataram.

            Sebagai pemenang pertarungan politik di kerajaan Galuh, Sanjaya menempatkan Tamperan menjadi raja di Galuh (Ciamis) mewakili kekuasaan politiknya, dan denagn kenyataan demikian Sanjaya menjadi Maharaja di tanah Jawa, karena ia menjadi penguasa di Kalingga Utara (Mataram), Kalingga Selatan< Galuh, Sunda, dan Tarumanegara serta berbagai kerajaan bawahan Tarumanegara
Demikian sebuah sisi dari sejarah Indonesia


Tidak ada komentar:

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock, tonton sebab , petisi ini berisi keinginan bangsa Indonesia untuk memiliki parlemen pemerintaha...