Minggu, 03 Mei 2015

Revolusi Industri

REVOLUSI INDUSTRI
Latar belakang :
1.      Adanya Revolusi agraria yang telah dijalankan sejak abad ke-16, yaitu
a.       Dikembangkan system pemagaran tanah (enclosured),
b.      berupa penertiban kepemilikan tanahtanah pertanian di bawah penguasaan pemilik tanah yang berasal dari golongan aristokrasi (bangsawan).
c.       pengembangan metode baru dalam sistem pertanian yang mengarah pada intensifikasi.
d.      memperbaiki sistem irigasi dan
e.       peningkatan mutu hasil pertanian melalui proses pemupukan.

2.      Inggris  memiliki industry batubara dan bijih besi
3.      Golongan aristrokrasi memiliki pandangan yang lebih maju dan terbuka,
4.      Inggris memiliki daerah pemasaran yang luas yaitu tanah jajahan serta koloni-koloni yang dimiliki oleh Inggris.
5.      Berkembangnya paham liberal sejak abad pencerahan memberikan dampak bagi berkembangnya paham ekonomi liberal.  http://www.sejarahduchie.blogspot.com
6.      Inggris memiliki kestabilan politik yang lebih mantap.
7.      Inggris memiliki banyak tanah jajahan Komposisi masyarakat golongan menengah di Inggris lebih banyak  bila dibandingkan dengan negara Eropa lainnya.
8.      Inggris memiliki lembaga riset seperti The Royal for Improving Natural Knowledge serta The Royal Society of England. Lembaga riset ini merupakan wadah bagi para ilmuwan dan peneliti untuk dapat menghasilkan penemuanpenemuan baru , yaitu :
1.      Mesin pintal yang ditemukan oleh James Hargreaves pada tahun 1795
2.      Mesin pintal  Richard Arkwright pada tahun 1769 mampu meningkatkan produksi tekstil lebih banyak bila dibandingkan dengan penggunaan teknologi secara manual.
3.      Mesin pintal  penyempurnaan  Edmund Cartwright (1785) dan Samuel Crompton (1790) menjadikan mesin pintal yang sepenuhnya digerakkan oleh tenaga mesin itu dapat menghasilkan produk tekstil lebih banyak lagi.
4.      Penemuan mesin uap yang dikembangkan oleh James Watt pada tahun 1796.
5.      Penemuan  lokomotif  oleh  George Stephenson pada tahun 1825

Jumat, 01 Mei 2015

Indische Partiej

Indische Parteij didirikan di Bandung  25 desember 1912 oleh Douwes Dekker, Dr. Tjiptomangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat.  Indische Parteij dikenal sebagai partai kaum Indo Belanda di era Hindia Belanda.
Douwes Dekker melalui Indische Parteij berusaha menyadarkan kaum Indo Belanda bahwa mereka mengalami diskriminasi dari orang-orang atau pejabat Belanda totok.  Mereka lebih dekat dengan ibu mereka yang umumnya bangsa pribumi.  Douwes Dekker mengajak para Indo Belanda untuk menghapus penindasan pemerintah kolonial  dan membentuk negara Hindia Belanda yang merdeka.  Upaya Douwes Dekker menggalang dukungan politik tidak saja dari kaum indo tetapi juga ia berkomunikasi dengan partai Syarekat Islam dan Budi Utomo.  Hingga, Indische Parteij memiliki 30 cabang dengan 7.300 anggota.
Tujuan Indiche Parteij  adalah :
1. Membangun patriotisme semua indiers terhadap tanah air Indonesia
2. Memberi lapangan hidup
3. Mempersiapkan kehidupan rakyat untuk merdeka
4. Kemerdekaan Indonesia
Tujuan dan meluasnya pengaruh Indische Parteij membuat Belanda tanggal 4 maret 1913 beraksi yaitu melarang dan menolak upaya Indische Parteij berbadan hukum.  Sikap radikal pengurus Indische Parteij disikapi Belanda dengan cara menangkap dan mengasingkan tokoh Indische Parteij ke negeri Belanda.

Selasa, 28 April 2015

Kerajaan Tarumanegara

Learning history for senior high schools
Kerajaan Tarumanegara

Pada Naskah Wangsakerta dari Cirebon itu, Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kali Candrabaga.
Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Dinamainya kota itu Sundapura—pertama kalinya nama "Sunda" digunakan.
Peninggalan Tarumanegara yang terlihat jelas adalah keberadaan candi Jiwa dan Candi Blandongan yang terletak di dekat sungai Citarum , Batujaya, Karawang.  Letak kedua candi ini juga dekat dengan pantai.
Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Tarumanagara adalah Suryawarman (535 - 561 M) Raja Tarumanagara ke-7. Pustaka Jawadwipa, parwa I, sarga 1 (halaman 80 dan 81) memberikan keterangan bahwa dalam masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Tarumanagara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.
Rakeyan Juru Pengambat yang tersurat dalam prasasti Pasir Muara mungkin sekali seorang pejabat tinggi Tarumanagara yang sebelumnya menjadi wakil raja sebagai pimpinan pemerintahan di daerah tersebut. Yang belum jelas adalah mengapa prasasti mengenai pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu terdapat di sana? Apakah daerah itu merupakan pusat Kerajaan Sunda atau hanya sebuah tempat penting yang termasuk kawasan Kerajaan Sunda?
Baik sumber-sumber prasasti maupun sumber-sumber Cirebon memberikan keterangan bahwa Purnawarman berhasil menundukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di Pandeglang menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat Sunda. Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbolinggo) di Jawa Tengah. Secara tradisional Cipamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.
Kehadiran Prasasti Purnawarman di Pasir Muara, yang memberitakan Raja Sunda dalam tahun 536 M, merupakan gejala bahwa Ibukota Sundapura telah berubah status menjadi sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Tarumanagara telah bergeser ke tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan Rajatapura atau Salakanagara (kota Perak), yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).
Ketika pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara, maka Salakanagara berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada.
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.
Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanaga pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.
Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.
Namun, dari Manasih, memiliki menantu Sanjaya yang kemudian menjadi raja di Mataram, meneruskan kekuasaan pamannya, Sana, 
Sementara, Mataram dan Sriwijaya berkembang pesat, Tarumanegara berkembang turun menjadi daerah sepi, bukan lagi pelabuhan ramai dan pusat kekuasaan, tetapi telah menjadi daerah pertanian, seiring dengan dangkalnya sungai Citarum dan pantai terdekatnya.
Sumber : 
1. www.wikipedia.com

Kamis, 23 April 2015

Perang Iran-Irak

Perang Iran – Irak, disebabkan  :
1.      Perbedaan faham keislaman dimana Irak menganut faham sunni dan Iran menganut faham Islam Syiah.
2.      Permusuhan antara pendudkung faham Sunni dengan pendukung faham Islam
3.      Persengketaan garis batas kedua Negara ,Saddam Hussein berkuasa mengungkit perbatasan masa lalu kedua Negara
4.      Keinginan Sadam Husein menguasai sumber minyak di perbatasan kedua Negara, ujung Selatan Perairan Shatt al-Arab
5.      Sadam Husein takut dengan revolusi islam di Iran menyebar ke Irak, Sadam Hussein disebut juga ingin melemahkan kekuasaan Pemimpin Iran Ayatollah Khomeini
6.      Sadam Husein menekan ummat islam syiah Irak .
7.      permusuhan Iran dan Irak sebenarnya sudah terjadi lebih dari berabad-abad silam, sejak zaman Kerajaan Mesopotamia yang terletak di lembah Sungai Tigris-Eufrat, yang kini menjadi negara Irak modern,  yang berseteru dengan kerajaan Persia atau kini menjadi negara Iran modern

Reformasi di negara-negara Arab

Learning history for senior high schools

Pemerintahan dinegara-negara Arab cenderung dictator.  Namun, Negara-negara Arab ini memiliki kekayaan minyak .  Sehingga, Negara-negara barat, terutama Amerika serikat cenderung melindungi kekuasaan para penguasa yang dictator.
Disisi lain , gerakan-gerakan sipil pengusung pemerintahan demokrasi baik dinegara-negara Eropa maupun dinegara- Negara Arab, berusaha mewujudkan Negara mereka menjadi Negara demokratis.
Kemajuan teknologi komunikasi dan transfortasi yang mendorong terjadinya globalisasi, apalagi internet dengan segudang informasi didalamnya, makin mendorong kuatnya gerakan-gerakan demokrasi didalam masyarakat Arab.
Sementara, para penguasa Arab berusaha bertahan baik karena alasan ideologis maupun karena kepentingan politik praktis mereka berusaha menahan dan menata gerakan demokrasi sesuai konsep politik mereka, sehingga, terjadi konflik politik, baik pada tataran konsep maupun pada tataran praktis.

Rabu, 15 April 2015

Sejarah Pendudukan Jepang

Learning history for senior high schools


Latar Belakang  
1.      Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe Fumimaro sebagai Perdana Menteri Jepang.  Tojo merupakan Jendral Ultra Nasionalis yang ingin Jepang menjadi Negara kuat dan ekspansionis.
2.      Jepang membutuhkan daerah sumber bahan baku atau sumber daya alam  bagi industry
3.      Jepang membutuhkan pasar untuk tempat pemasaran produk-produk industrinya
4.      Kekayaan alam sangat melimpah diwilayah  Asia Tenggara, khususnya Indonesia
5.      Wilayah Asia Tenggara dijajah Negara – Negara Eropa
6.      Negara-negara Eropa ,menjaual bahan baku industry dengan harga mahal
7.      Amerika melancarkan embargo minyak bumi yang membuat pabrik - pabrik industri di Jepang mengalami krisis bahan bakar .
Strategi Jepang menduduki Indonesia :
1.      Operasi militer pendudukan Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,  Maluku dan Irian
2.      Membentuk pemerintahan pendudukan militer di Indonesia
3.      Membentuk gerakan 3 A agar Jepang mudah diterima bangsa Indonesia
4.      Pembela Tanah Air (PETA) dengan tugas membantu Jepang mempertahankan Indonesia dari serangan sekutu
5.      Gakukotai' (laskar pelajar)
  1. Heiho  atau barisan prajurit cadangan Jepang dengan tugas membantu berbagai keperluan perang tentara Jepang.
  2. Seinendan (barisan pemuda)
  3. Fujinkai (barisan wanita)
  4. Putera (Pusat Tenaga Rakyat)
  5. Jawa Hokokai  ( Kebaktian rakyat Jawa )
  6. Keibodan (barisan pembantu polisi)
  7. Jibakutai (pasukan berani mati)
  8. Kempetai (barisan polisi rahasia Jepang)

Jepang menempatkan 300.000 tentaranya di pulau Jawa dan bersenjata lengkap.  Kondisi ini membuat para pejuang Indonesia harus berhati-hati terhadap Jepang, sehingga, umumnya menempuh strategi kooperatif terhadap Jepang dengan cara menduduki jabatan-jabatan yang disediakan pemerintah Jepang, tetapi juga ada yang menempuh strategi non kooperatif dengan melakukan perlawanan diam-diam, bahkan konfrontatif.

 

 

Tindakan pemerintahan pendudukan Jepang dan antek-anteknya yang sangat keras, menyiksa, memperkosa, merampok rakyat, akhirnya  menimbulkan Perlawanan rakyat terhadap Jepang, seperti terjadi di :

Peristiwa Cot Plieng, Aceh 10 November 1942
Pemberontakan dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di Cot Plieng, Lhokseumawe yang menolak upacara seikirei dan romusha. Usaha Jepang untuk membujuk sang ulama tidak berhasil, sehingga Jepang melakukan serangan mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang melaksanakan salat Subuh.
Dengan persenjataan sederhana/seadanya rakyat berusaha menahan serangan dan berhasil memukul mundur pasukan Jepang untuk kembali ke Lhokseumawe. Begitu juga dengan serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat. Baru pada serangan terakhir (ketiga) Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil) berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh, namun akhirnya tertembak saat sedang salat.
Peristiwa Singaparna
Perlawanan fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah Singaparna Tasikmalaya, Jawa Barat di bawah pimpinan KH. Zainal Mustafa, tahun 1943. Dia menolak dengan tegas ajaran Shintoisme, upacara Seikirei dari pemerintah  Jepang, khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei setiap pagi, yaitu memberi penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam Indonesia karena termasuk perbuatan syirik/menyekutukan Tuhan. Selain itu diapun tidak tahan melihat penderitaan rakyat akibat tanam paksa.
Saat utusan Jepang akan menangkap, KH. Zainal Mustafa telah mempersiapkan para santrinya yang telah dibekali ilmu beladiri untuk mengepung dan mengeroyok tentara Jepang, yang akhirnya mundur ke Tasikmalaya.
Jepang menyerang dengan kekuatan militer penuh untuk mengakhiri perlawanan ulama  Tasikmalaya tersebut. Pada tanggal 25 Februari 1944, terjadilah pertempuran sengit antara rakyat dengan pasukan Jepang setelah salat Jumat. Meskipun berbagai upaya perlawanan telah dilakukan, namun KH. Zainal Mustafa berhasil juga ditangkap dan dibawa ke Tasikmalaya kemudian dibawa ke Jakarta untuk menerima hukuman mati dan dimakamkan di Ancol.




Peristiwa Indramayu, April 1944
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan. Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan di desa Karang Ampel, Sindang, Kabupaten Indramayu.
Pasukan Jepang sengaja bertindak kejam dengan cara membantai rakyat di kedua wilayah (Lohbener dan Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah mengetahi kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan.
Pemberontakan Teuku Hamid
Teuku Hamid adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satu pleton pasukannya melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan. Ini terjadi pada bulan November 1944. Penyebabnya tindakan Jepang terhadap rakyat seperti memaksa romusya, memaksa melakukan upacara seikirei, melakukan perampasan terhadap  harta kekayaan rakyat dll
Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah. Kondisi tersebut memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah.
Di daerah Aceh lainnya timbul pula upaya perlawanan rakyat seperti di Kabupaten Berenaih yang dipimpin oleh kepala kampung dan dibantu oleh satu regu Giyugun (perwira tentara sukarela), namun semua berakhir dengan kondisi yang sama yakni berhasil ditumpas oleh kekuatan militer Jepang dengan sangat kejam.
Pemberontakan Peta di Blitar (29 Februari 1945)
Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr. Ismail. Perlawanan ini disebabkan karena persoalan pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan di luar batas perikemanusiaan.
Sebagai putera rakyat para pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat. Di samping itu sikap para pelatih militer Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan PETA di Blitar merupakan perlawanan yang terbesar di Jawa. Tetapi dengan tipu muslihat Jepang melalui Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang), pasukan PETA berhasil ditipu dengan pura-pura diajak berunding. Empat perwira PETA dihukum mati dan tiga lainnya disiksa sampai mati. Sedangkan Syodanco Supriyadi berhasil meloloskan diri.



Gerakan bawah tanah
Sebenarnya bentuk perlawanan terhadap pemerintah Jepang yang dilakukan rakyat Indonesia tidak hanya terbatas pada bentuk perlawanan fisik saja tetapi Anda dapat pula melihat betnuk perlawanan lain/gerakan bawah tanah seperti yang dilakukan oleh:
  • Kelompok Sutan Syahrir di daerah Jakarta dan Jawa Barat dengan cara menyamar sebagai pedagang nanas di Sindanglaya.
  • Kelompok Sukarni, Adam Malik dan Pandu Wiguna. Mereka berhasil menyusup sebagai pegawai kantor pusat propaganda Jepang Sendenbu (sekarang kantor berita Antara).
  • Kelompok Syarif Thayeb, Eri Sudewo dan Chairul Saleh. Mereka adalah kelompok mahasiswa dan pelajar.
  • Kelompok Mr. Achmad Subardjo, Sudiro dan Wikana. Mereka adalah kelompok gerakan Kaigun (AL) Jepang.
Mereka yang tergabung dalam kelompok di bawah tanah, berusaha untuk mencari informasi dan peluang untuk bisa melihat kelemahan pasukan militer Jepang dan usaha mereka akan dapat Anda lihat hasilnya pada saat Jepang telah kalah dari Sekutu, kelompok pemudalah yang lebih cepat dapat informasi tersebut serta merekalah yang akhirnya mendesak golongan tua untuk secepatnya melakukan proklamasi.



Selasa, 07 April 2015

Pemerintahan Sultan Agung

Learning history for senior high schools


Pemerintahan Sultan Agung
Sultan Agung adalah raja Mataram Islam yang paling berhasil dalam memimpin kerajaan Mataram.  Banyak  kemajuan yang dicapai  selama  masa pemerintahannya ,  di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya, dengan jejak sejarah yang  sangat  jelas.
Keberhasilan Sultan Agung dalam memimpin Mataram Islam adalah :

a. Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam yang ada di pulau Jawa

Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Usaha inidimulai dengan menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep, Sampang,Pasuruhan, kemudian Surabaya. Salah satu usahanya mempersatukan kerajaan Islam di Pulau Jawa ini ada yang dilakukan dengan ikatan perkawinan. Sultan Agung mengambil menantu Bupati Surabaya Pangeran Pekik dijodohkan dengan putrinya yaitu Ratu Wandansari, demikian juga dengan Cirebon.
b. Anti penjajah Belanda

Dibanding  dengan pendahulunya , Sultan Agung adalah raja yang sangat benci terhadap penjajah dan menentang ambisi politik Belanda untuk  menguasai pulau Jawa. Tidak saja, karena Belanda saingan  Mataram dalam perdagangan,  tetapi juga , karena cara berdagang Belanda yang curang, tidak tahu etika, selalu ikut campur dalam kehidupan politik local di kerajaan – kerajaan pribumi, juga karena memaksakan system monopoli dan  penjajahan  terhadap kerajaan-kerajaan  Pribumi.

Sikap anti Belanda ini dibuktikan oleh Sultan Agung  dengan dua kali mengirim pasukan besar Mataram  dan menyerang Belanda di  Batavia, yaitu yang pertama tahun 1628 dan yang kedua tahun 1629. Kedua penyerangan ini mengalami kegagalan.

Ada beberapa  penyebab kegagalan  pasukan Kerajaan Mataram Islam , yaitu:
1.       Jarak yang terlalu jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram. Mereka harus menempuh jalan kaki selama satu bulan dengan medan yang sangat sulit.
2.       Banyaknya orang pribumi yang menjadi tentara bayaran VOC
3.       Dibakarnya gudang-gudang makanan pasukan Mataram oleh tentara bayaran VOC
4.        Kekurangan dukungan logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di Batavia menjadi lemah.
5.        Kalah dalam sistem persenjataan dengan senjataa yang dimiliki kompeni Belanda yang serba modern.
6.       Banyak prajurit Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin memperlemah kekuatan.
7.       Portugis bersedia membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat laut,sedangkan Mataram lewat darat. Ternyata Portugis mengingkari. Akhirnya Mataram dalam menghadapai Belanda tanpa bantuan Portugis.
8.        Kesalahan politik Sultan Agung yang tidak mengadakan kerja sama dengan Banten dalam menyerang Belanda. Waktu itu mereka saling bersaing.
9.       Sistem koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan darat. Ternyata angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awal sehingga rencana penyerangan Mataram ini diketahui Belanda.


 

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock, tonton sebab , petisi ini berisi keinginan bangsa Indonesia untuk memiliki parlemen pemerintaha...