Kamis, 24 Agustus 2017

Sejarah Indonesia : Runtuhnya Pemerintahan Orde Baru

Learning Indonesian history for all people
Dalam sejarah Indonesia , Pemerintah rezim Soeharto dengan mesin politiknya partai  Golkar mendominasi pemerintahan dan berbagai kebijakan pemerintahan.  Namun, pergantian banyak figure di pemerintahan Orde Baru  dan anggaran pembangunan yang besar telah menyebabkan berkembangnya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di berbagai instansi pemerintahan, sehingga menurunkan  kepercayaan dan meluaskan ketidakpercayaan terhadap pemerintahan orde baru.
Pemerintahan Orde baru yang cenderung membangun kediktatoran melalui  asas tunggal pancasila dengan dominasi partai golkar dan tak mengenal oposisi , memunculkan kekuatan oposisi politik.  Tantangan terhadap rezim orde baru dating dari akademisi, seperti Amin Rais dan Sri Bintang Pamungkas.  Dari partai politik dating dari PDIP pimpinan Megawati.  Suara-suara reformasi menghendaki perubahan rezim pemerintahan.




Namun secara umum penyebab runtuhnya Orde Baru  adalah :

  • 1.      Pemerintahan  Soeharto bersifat otoriter dan sentralistik
  • 2.      Mengenyampingkan HAM
  • 3.      Dominasi militer dalam urusan politik sangat kuat
  • 4.      Berkembangnya praktek KKN
  • 5.      Adanya fraksi ABRI di DPR tanpa dipilih rakyat dan ini dianggap tidak demokratis
  • 6.      Ekonomi cenderung kearah system ekonomi kapitalis
  • 7.      Berkembangnya praktek ekonomi monopoli dan kartel
  • 8.      Kebebasan Pers dibatasi
  • 9.      Tidak mengenal system politik oposisi
  • 10.  Lemahnya leadership dibanyak instansi pemerintahan akibat praktek nepotisme
  • 11.  Tidak meratanya hasil-hasil pembangunan menyebabkan terjadinya kecemburuan sosial

    • Dianutnya sistim devisa yang terlalu bebas tanpa adanya pengawasan yang memadai, memungkinkan arus modal dan valas
    • dapat mengalihkan keluar-masuk secara bebas berapa pun jumlahnya. . Masyarakat bebas membuka rekening,valas di
    • dalam negeri atau di luar negeri. Valas bebas diperdagangkan di dalam negeri, sementara rupiah juga bebas diperdagangkan di pusat-pusat keuangan di luar negeri.
  •  Produk dalam negeri yang makin lama makin kalah bersaing dengan produk impor.
  •  Pembangunan industry dengan berbasis bahan baku impor
1Nilai Rupiah yang  overvalued berarti juga proteksi industri yang negatif. Akibatnya harga barang impor menjadi relatif murah dan produk dalam negeri relatif mahal, sehingga masyarakat memilih barang impor yang kualitasnya lebih baik. Akibatnya produksi dalam negeri tidak berkembang, ekspor menjadi kurang kompetitif dan impor meningkat. Nilai rupiah yang sangat  overvalued ini sangat rentan terhadap serangan dan permainan spekulan, karena tidak mencerminkan nilai tukar yang nyata.
1Utang luar negeri swasta jangka pendek dan menengah sehingga nilai tukar rupiah mendapat tekanan yang berat karena tidak tersedia cukup devisa untuk membayar utang yang jatuh tempo beserta bunganya .
1Sistim perbankan nasional yang lemah. Akumulasi utang swasta luar negeri yang sejak awal tahun 1990-an telah mencapai jumlah yang sangat besar, bahkan sudah jauh melampaui utang resmi pemerintah yang beberapa tahun terakhir malah sedikit berkurang ( Pada awal Mei 1998 besarnya utang luar negeri swasta dari 1.800 perusahaan diperkirakan berkisar antara US$ 63 hingga US$ 64 milyar, sementara utang pemerintah US$ 53,5 milyar.

1Pinjaman-pinjaman luar negeri dalam jumlah relatif besar yang dilakukan oleh sistim perbankan sebagian disalurkan ke sektor investasi yang tidak menghasilkan devisa .



Tidak ada komentar:

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock, tonton sebab , petisi ini berisi keinginan bangsa Indonesia untuk memiliki parlemen pemerintaha...