Kamis, 22 Januari 2015

Memaknai Maulid Nabi Muhammad Saw ?

Latar belakang  sejarah:
Jazirah Arab pra Islam digambarkan dalam buku-buku sejarah sebagai bangsa yang sangat tradisional,  maskulin, bodoh,   polytheistic, tersekat dalam pertarungan antar kabilah yang tak berkesudahan ditengah kondisi alam yang gersang.
Namun, ditengah padang pasir jazirah Arab, banyak temukan oase oase  yang menyegarkan  para pengembara yang kehausan.  Dan ditengah kegersangan alam jazirah Arab terdapat oase system sosial politik, ekonomi bahkan  religious masyarakat jazirah Arabia, yaitu  kota   Mekkah yang dapat menjadi sumber pembelajaran bagi ummat Islam Indonesia.
Mekkah  diperintah dengan system politik  feodal yang dipimpin Bani Hasyim.  Dengan system sosial berdasar persaudaraan kabilah, dan system ekonomi  perdagangan dengan tenaga kerja berbasis perbudakan menjadikan Mekkah sebagai  kota  perdagangan transit yang ramai.  Namun, kehidupan  religi masyarakatnya sangat  polytheistik.
Kebobrokan system sosial, politik dan ekonomi serta religinya menjadikan dasar diturunkan dan diangkatnya seorang Nabi dari kalangan mereka, Muhammad saw, untuk membangun masyarakat lurus dijalan Allah dan pelembagaan nilai dan norma Allah swt kedalam kehidupan masyarakat Arab jahiliyah untuk selanjutnya menyebar keseluruh penjuru dunia, hingga hari akhir.

Misi Kenabian
Nabi Muhammad saw mentransformasikan system sosial, ekonomi, politik dan religi masyarakat Jazirah Arabia kedalam masyarakat baru yang islami, bertauhid, dengan system sosial egaliter dan system politik yang  berbasis kesalehan, persaudaraan iman, pengalaman, dan dukungan ummat .
Ketika Nabi Muhammad saw , menyatakan tujuannya untuk memuliakan manusia, maka sebuah transformasi berfikir, transformasi sosial, transformasi keimanan , transformasi system sosial politik, ekonomi, cultural sedang diproyeksikan kedalam pola hidup manusia.
Turunnya ayat-ayat Alqur’an selama masa keNabian dan memberikan petunjuk, pelajaran, peringatan kabar gembira, sehingga memecahkan permasalahan yang dihadapi manusia, membentuk dan  memperkuat sisi kemanusiaan manusia sebagai   mahkluk fisik yang terpengaruh hokum alam dan sosial dan makhluk roh yang secara kodrati harus kembali ke Illahi pencipta alam semesta,
Transformasi Kenabian :
Dari sisi bangsa Arab pada waktu itu, transformasi ini sangat penting, karena  dunia Arab dihadapkan pada dua kebudayaan kuat, yaitu kebudayaan Romawi yang bercorak nasrani dan Persia yang berbasis majusi dan dikejauhan budaya India  dengan kultur Hindu yang kuat  serta peradaban  China  yang berbasis budhisme yang siap dengan gerakan ekspansinya.
Hubungan- hubungan sosial yang dirintis para pedagang lintas pdang pasir, lintas samudra dan lintas benua menumbuhkan pertemuan budaya ,walau terkadang memunculkan benturan budaya, stereotife, stigma, chauvinism, etnosentrisme yang memunculkan sekat bahkan konflik berdarah.
Transformasi dari nilai-nilai Arab Jahiliyah ke Arab Islam berbasis Alqur’an dan Sunnah Nabi, memberi energy baru pada semua komponen dari system kehidupan bangsa Arab, bahkan dunia.  Memberi perspektif baru dalam melihat dan merealitas dialam semesta, yang benar, lurus, adil berbasis ketundukan kepada Maha Pencipta Alam Semesta, ALLAH swt.
Nilai – nilai Islam yang ditawarkan Nabi Muhammad saw bersumber dari Al Quran dan AlQur’an di ciptakan oleh Allah swt, sebagai petunjuk kejalan lurus, sebagai pelajaran, sebagai peringatan, sebagai suatu system yang mentransformasikan pemeluknya kedalam masyarakat global yang pluralis tetapi  berTauhid, lurus meng –esa-kan Allah swt , lurus didalam mentaati system nilai dan norma Allah swt.
Karena itu, Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW, mentransformasikan pola hidup yang tradisional, jahiliyah dengan system nilai dan norma yang despotik kedalam system  islam dengan nilai dan normanya yang rasional, humanis, memuliakan manusia, adil dan berdimensi cerdas untuk kehidupan didunia dan akherat sesuai versi kehidupan sang Pencipta, Alllah swt .
Di Era globalisasi kini , globalisasi banyak memberi keuntungan berupa kemudahan komunikasi dan transfortasi yang  memungkinkan terjadinya mobilitas manusia , informasi dan barang dalam jumlah yang massif, sehingga   memunculkan gelombang pembangunan dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat diberbagai belahan pelosok  dunia.
Namun, pola berfikir yang tidak cerdas dalam memahami makna perubahan sosial, politik, ekonomi, teknologi, serta kebudayaan system nilai dan norma yang berkembang akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi  telah menciptakan pola hidup yang salah , pola berfikir yang salah dan menjadi penyakit masyarakat modern yang sulit diperbaiki. Gaya hidup konsumtif, hedonistic,  free sex dan gaya hidup materialistic , alkoholik, sekuleristik , egoistic, liberalistik serta multikulturalismenya seakan akan menjadi trend zaman yang tak berkesudahan dengan pelaku yang terus bertambah menjadi deskripsi kehidupan manusia modern.
Bila nabi Muhammad berhadapan dengan kaum jahiliyah yang menpertahankan hegemoni politik , ekonomi, sosialnya atau tradisi nenek moyangnya, era modern kini, ummat Islam yang lurus dijalan Allah swt berhadapan dengan Kelompok neoliberalis ini berusaha menghancurkan system nilai dan norma islami, menghancurkan kearipan local (local wisdom ) dan kearifan nasional suatu bangsa dan berusaha membangunan tatanan sosial yang sangat liberalistic  , egoistic, atheistic .
 Kaum liberalis, meracuni masyarakat secara massif melalui berbagai level  dan bidang kehidupan masyarakat  dengan kemasan  yang sangat menarik melalui media TV, Radio, Internet dan acara-acara live, pagi, siang, sore dan malam hari.  
Kecerdasaran yang sangat merusak yang mereka bangun,  tidak disadari oleh kebanyakan  ummat Islam, baik  oleh yang tergolong generasi tua  maupun generasi muda Islam.  Dampak terburuknya, banyak generasi muda islam yang tidak saja lupa terhadap berbagai kearifan local, tetapi juga lupa kearifan yang dibentuk oleh ide dan praxis  serta proyeksi model hidup Al Qur’an yang disampaikan oleh para orang tua, para ustadz, guru,  kyai, ulama-ulama besar dan kaum intelektual islam lainnya. 
Dan yang lebih parah, banyak orang mengaku  Islam secara tidak sadar atau sadar , yang menjadi penggerak , pengemas, dan pelaku penghancuran pola pikir dan pola perilaku generasi muda islam yang berbasis nilai dan norma Alqur’an  tersebut.
Karena itu, Maulid nabi kini harus ditransformasikan kedalam perlawanan terhadap pola hidup  sekuler,  materialistic, atheistik  selama ini memang massif, kekembali system nilai dan norma Alqur”an melalui pola hidup yang sesuai dan lurus dengan nilai dan norma Alquran, seraya terus mensosialisasikan  dan melembagakan nilai-nilai dan norma- norma Alqur’an kedalam berbagai lembaga masyarakat maupun pemerintahan.
Tantangan
Selama ini , proses transformasi kenilai-nilai Islam  hanya dilakukan oleh segelintir ummat, orang-orang islam yang sadar akan ajaran agamanya dan kritis terhadap berbagai pemikiran diluar islam, tetapi mereka belum mampu membangunnya kedalam system kemasyarakatan, kedalam system pemerintahan, yaitu dimana nilai dan norma Alqur’an terlembaga kedalam konstitusi, undang-undang, peraturan dll.
Memang disamping kondisi masyarakat yang plural, pembangunan kader-kader pemimpin umat diberbagai bidang kehidupan juga menjadi kendala, belum tegak dan melembaganya  nilai dan norma islam, menunjukkan kreativitas kemasan yang tidak menarik , inovasi  kemasan yang terbatas , serta kekurang mampuan memahami segmen  masyarakat ,  kaderisasi kepemimpinan ummat yang terlambat dan political will para elit  islam yang belum berjalan maksimal.
Dampak lanjutannya , ummat seperti tak mampu untuk  menolak pelukan sekulerisme, liberalism , atheism yang ditampilkan dalam kemasan akademis maupun dalam kemasan media sosial, opini-opini media massa sekuler maupun tayangan cultural yang dikemas demikian apik oleh para pendukungnya.
Yang paling parah , ketika para pemimpin dan pemikir ummat, tidak mampu membaca design ideologis, disains cultural, dan manajemennya baik kedalam system politik, system ekonomi, system budaya, system sosial, system pendidikan yang dikembangkan para pendukung ideology sekuler, atheis dan liberalistic.
Karena itu, kita memaknai maulid Nabi Muhammad sebagai proses kembali ke Islam, kembali ke Al Qur’an,  kembali ke system nilai dan norma Allah swt.  Pada akhirnya menjadi tugas semua muslim yang mumin, untuk mensosialisasikan, mengajarkan, memberi tauladan dan mencerdaskan ummat,  hingga ummat islam menjadi lebih taqwa dan cerdas, konsisten dengan nilai dan norma Islam, disisi lain  mampu menihilkan gelombang arus sekulerisme, materialism, budaya liberalis atheistic  dalam berbagai bentuk, bidang dan segmennya,  yang datang dari berbagai pendukung setianya. Sehingga, Negara dan masyarakat Indonesia yang cerdas, sholeh, sejahtera dapat diwujudkan.

Sumber Pustaka  :
1. Ridwan Asy Syirbaany.  Membentuk pribadi lebih Islami.  Jakarta : PT Inti media Cipta nusantara,  no. ISBN 979-97290-0-9
2. Margaret m Paloma.  Sosiologi Kontemporer.  Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1999.

3. Karen Amstrong.  Muhammad Sang Nabi.  Surabaya: Risalah Gusti, 2001.

Tidak ada komentar:

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock

Petisi Soetardjo yang membuat belanda Shock, tonton sebab , petisi ini berisi keinginan bangsa Indonesia untuk memiliki parlemen pemerintaha...